BAB I
PENDAHULUAN
Mereka
yang pernah mengenyam pendidikan pesantren kemudian juga belajar di berbagai
lembaga pendidikan lainnya baik di dalam maupun luar negeri pada umumnya
memandang bahwa pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai lembaga
pendidikan Islam khas Indonesia yang dapat dirunut pertalian keilmuan dan
kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam di berbagai
belahan dunia.Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa
pesantren masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya
dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan
belum ada lembaga pendidikan yang berhasil melahirkan ulama dari generasi ke
generasi dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Islam dan Pondok Pesantren
Dalam
dunia pendidikan, sebagaimana dinyatakan Dr.Ki Hajar Dewantara, dikenal adanya
istilah “Tri Pusat Pendidikan”,yaitu tiga lingkungan (lembaga) pendidikan yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak didik. Tiga lembaga
pendidikan tersebut adalah peendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiga
lembaga ini tidak berdiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan, sebab
ketiga bentuk lembaga pendidikan ini sebenarnya adalah satu rangkaian dari
tahapan-tahapan yang tidak terpisahkan.Demi tercapainya tujuan pendidikan,
ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut harus berjalan seiring, terpadu,
searah, dan saling melengkapi. Ketiganya sama-sama bertanggung jawab dalam
masalah pendidikan generasi muda (anak didik).[1]
Pendidikan
Islam adalah suatu pendidikan yang menitik beratkan pada pembahasan–pembahasan seputar dunia keislaman
yang mana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik
dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam,sehingga ia
mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama, dan dalam
upaya mencetak Insan Kamil yang berakhlakul karimah.
- Pengertian Pondok Pesantren
Pengertian
Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran –an, berarti
tempat tinggal santri.Soegarda Poebakawatja yang dikutip oleh Haidar putra
Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang
belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat
orang berkumpul untuk belajar agama Islam.Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional”
untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup
keseharian.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama tempat santri
atau tempat murid-murid belajar mengaji.Sedangkan secara istilah pesantren
adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa tinggal di pondok
(asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum
bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail serta mengamalkan
sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan penting moral dalam
kehidupan masyarakat.
Pondok
pesantren secara definitif tak dapat diberikan batasan yang tegas melainkan
terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan
pengertian pondok pesantren.Jadi pondok pesantren belum ada pengertian yang
lebih konkrit karena masih meliputi beberapa unsur untuk dapat mengartikan
pondok pesantren secara komprehensif. Maka dengan demikian, sesuai arus dinamika
zaman definisi serta persepsi terhadap pesantren menjadi berubah pula.Kalau
pada tahap awal pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga
pendidikan tradisional tetapi saat sekarang pesantren sebagai lembaga
pendidikan tradisional tak lagi selama benar.[2]
B.
Sejarah Pondok Pesantren
Terus
terang,tak banyak referensi yang menjelaskan tentang kapan pondok pesantren
pertama berdiri dan bagaimana perkembangannya pada zaman permulaan. Bahkan
istilah pondok pesantren, kiai, dan santri masih diperselisihkan.
Menurut
Manfred Ziemak, kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang
berarti ruang tidur atau wisma sederhana,karena pondok memang merupakan tempat
penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.
Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi
dengan awalan pe- dan akhiran –an yang berarti menunjukkan tempat,maka artinya
adalah “tempat para santri”.Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant
(manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren
dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.Sedangkan menurut Geertz,
pengertian pesantren diturunkan dari bahasa india shastri yang berarti
ilmuan Hindu yang pandai menulis. Maksudnya, pesantren adalah tempat bagi
orang-orang yang pandai membaca dan menulis.Geertz menganggap bahwa pesantren
dimodifikasi dari pura Hindu.
Terlepas
dari itu,karena yang dimaksudkan dengan istilah pesantren dalam pembahasan ini
adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam, dan pengembangan
Islam di Tanah Air (khususnya di jawa) dimulai dan dibawa oleh Wali Songo, maka
model pesantren di pulau jawa juga mulai berdiri dan berkembang bersamaan
dengan zaman Wali Songo.[3]
C.
Karakteristik Pondok Pesantren
- Ruh Pesantren
Ruh
adalah semangat dasar. Ia merupakan kualitas pokok yang mendasari seluruh
rancangan dan pelaksanaan peran. Ruh pesantren adalah ibadah.Dasarnya adalah
ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Quran, hadits, dan ijtihad ulama’
dalam ijma’ dan qiyas. Filosofi pendidikan pesantren didasarkan atas hubungan
yang bermakna antara manusia, ciptaan atau makhluk, dan Allah SWT. Hubungan itu
baru bermakna jika bermuatkan atau menghasilkan keindahan dan keagungan. Ruh
ibadah itu dijalani oleh semua guru dan santri dalam kegiatan mereka mencari
ilmu, mengembangkan diri, ikut mengelola urusan operasional, mengembangkan
kegiatan bersama santri dan masyarakat,bersiap untuk menerima atau mengajarkan
pelajaran, dan memenuhi keharusan pertanggungjawaban kepada para pemegang
kepentingan.
Dalam
ruh serba ibadah itu terdapat dua bentuk meng-ada (kiyan atau mengeksistensi);
yaitu sebagai hamba Allah (‘ibad Allah) dan sebagai khalifah-Nya di muka
bumi. Sebagai hamba-Nya warga pesantren menekuni jalan pembebasan diri dari
belenggu masalahnya; yaitu kebodohan, keterbelakangan, ketidakberdayaan,dan
kemelaratan;hingga saatnya tiba kepandaian,kemajuan, keberdayaan,kemakmuran
tercapai.Dalam perjalanan pembebasan itu berbagai tilikan dilakukan apa makna
tiap-tiap capaian itu bagi statusnya sebagai makhluk yang kelak akan kembali
kepada-Nya dan mempertanggungjawabkan semuanya.[4]
- Peran Pesantren
Pesantren
mengemban beberapa peran,utamanya sebagai lembaga pendidikan.Jika ada lembaga
pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan
keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi
simpul budaya,maka itulah pondok pesantren.Biasanya peran-peran itu tidak
langsung terbentuk,melainkan melewati tahap demi tahap.Setelah sukses sebagai
lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan,kepelatihan,dan
pemberdayaan masyarakat. Keberhasilannya membangun integral dengan masyarakat
barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul
budaya.
a) Lembaga
pendidikan
Pengembangan
apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokonya
sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas.Ciri inilah yang menjadikannya tetap
dibutuhkan oleh masyarakat.Disebut dalam arti luas, karena tidak semua
pesantren menyelenggarakan madrasah,sekolah,dan kursus seperti yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluarnya.Keteraturan pendidikan
didalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan
penjenjangan kitab.
b) Lembaga
keilmuan
Pola
itu membuka peluang bagi pesantren untuk menghadirkan diri juga sebagai lembaga
keilmuan.Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian
dipakai juga di pesantren lainnya.Luas sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu
bisa dilihat dari banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya.
c) Lembaga
pelatihan
Pelatihan
awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri;
sejak makan, minum, mandi, pengelolaan barang-barang pribadi, sampai keurusan
merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang berpengaruh kepada
pembelajarannya, seperti jadwal kunjungan orang tua atau pulang menjenguk
keluarga. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya masih dibimbing oleh santri
yang lebih senior sampai si santri mampu mengurusnya sendiri; sejak menyusun
jadwa, pengadaan buku pelajaran,pembuatan catatan belajar pribadi, sampai
merancang kegiatan belajar tambahan di pesantren lain pada waktu-waktu
tertentu.[5]
d) Lembaga
bimbingan keagamaan
Tidak
jarang pula pesantren ditempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan
keagamaan oleh masyarakat pendukungnya.Setidaknya pesantren menjadi tempat bertanya
masyarakat dalam hal keagamaan.Mandat pesantren dalam hal ini tampak sama
kuatnya dengan mandat pesantren sebagai lembaga pendidikan. Dibeberapa daerah,
identifikasi lulusan pesantren kali pertama adalah kemampuannya menjadi
pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat lain yang
berkaitan dengan keilmuan, kepelatihan, dan pemberdayaan masyarakat.
D.
Model-model Pesantren
Meskipun
setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penekanan tersendiri, hal itu tidaklah
berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar berbeda satu sama
lain,sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kait-mengait. Sistem
yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain,dan
sebaliknya.
Karena
itu, sebenarnya amat sulit untuk menentukan dan menggolongkan lembaga –lembaga
pesantren kedalam tipologi tertentu, misalnya: pesantren salaf dan khalaf atau
pesantren tradisional dan modern.Tidak ada dasar bagi penggolongan tersebut, baik
dari segi sistem yang digunakan atau dari model kelembagaannya. Buktinya, sistem
pengajian yang diterapkan pada sebuah pesantren “salaf” ternyata juga dipakai
di pesantren “modern”. Begitu pula model kelembagaan pesantren modern banyak
digunakan di pesantren salaf.
1) Pesantren
Salaf
Menurut
Zamakhsyari Dhofier, pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti
pendidikan.Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem
sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa
mengenal pengajaran pengetahuan umum.
Sistem
pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan
weton.Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang berarti waktu. Disebut
demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu
tertentu,biasanya sesudah shalat fardhu.
2) Pesantren
Khalaf (Pesantren Modern)
Pesantren
khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum
madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti SMP,SMU,dan bahkan
perguruan tinggi dalam lingkungannya.
Akan
tetapi,tidak berarti pesantren khalaf meninggalkan sistem salaf. Ternyata
hampir semua pesantren modern meskipun telah menyelenggarakan sekolah-sekolah
umum tetap menggunkan sistem salaf di pondoknya. Misalnya, Pondok pesantren
“Bahrul Ulum”,Tambakberas.Pesantren ini menyelenggarakan pendidikan formal
yakni dari madrasah al-quran hingga Muallimin-Muallimat,dan dari SMP hingga
Universita Bahrul Ulum. Akan tetapi,dilingkungan pondoknya masih menerapkan
sistem salaf.Setiap selesai menunaikan shalat wajib,para santri menelaah kitab
Nihayatus Zain,Sahih Bukhari,Sahih Muslim,Fathul Wahhab, Fathul Mu’in,Tafsir
Munir,dan sebagainya dengan sistem weton atau sorogan.
Dibandingkan
dengan pesantren salaf, pesantren khalaf mengantongi satu nilai plus karena
lebih lengkap materi pendidikannya yang meliputi pendidikan agama dan umum. Para
santri pesantren khalaf diharapkan lebih mampu memahami aspek-aspek keagamaan
dan keduniaan agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik dengan kehidupan
modern dari pada alumni pesantren salaf.[6]
E.
Tujuan dan Metode Pendidikan di Pondok Pesantren
Ø Tujuan
pendidikan di pondok pesantren
Pesantren
sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang dirumuskan dengan jelas
sebagai acuan program-program pendidikan
yang diselenggarakannya.Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama
pesantren adalah untuk mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan
pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti
kehidupan serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab.sosial.Setiap
santri diharapkan menjadi orang yang wise (bijaksana) dalam menyikapi
kehidupan ini. Dalam bahasa pesantren,wise bisa dicapai ketika santri menjadi
seorang yang alim, shalih, nasyir al-ilm.
- Pembentukan akhlak/kepribadian
Berpijak
pada hadits Nabi Muhammad SAW إِنَّماَ
بُعِثْتُ لِأُتمَّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلَاقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia”(HR.Ahmad), maka para pengasuh pesantren
,sebagai ulama pewaris para Nabi,terpanggil untuk meneruskan perjuangan Nabi
Muhammad SAW dalam membentuk kepribadian masyarakat melalui santrinya.Para
pengasuh pesantren mengharapkan santri-santrinya memiliki integritas
kepribadian yang tinggi (shalih).
Kesalihan
para santri ini merupakan tujuan yang paling utama dari pesantren.Para kiai
sepakat bahwa moralitas seorang santri menduduki ranking teratas mengungguli
kompetensi keilmuannya.Pemeo yang populer di pesantren adalah “Apa saja jika
banyak menjadi murah,kecuali ilmu dan akhlak” atau “ Kullu syai’in idza
katsura rakhusha illa’ al-ilm wa al-akhlaq”.Seorang kiai menyebut, lulusan
pesantren yang ideal adalah ‘alim shalih atau santri yang berilmu dan
berakhlak karimah.Dalam hal ini,seorang santri diharapkan menjadi manusia
seutuhnya, yaitu mendalami ilmu agama serta mengamalkannya dalam kehidupan
pribadi dan bermasyarakat.
- Penyebaran ilmu
Penyebaran
ilmu atau nasyru al-ilmi menjadi pilar utama bagi menyebarnya ajaran agama
Islam.Kalangan pesantren mengemas penyebaran ilmu ini dalam kegiatan dakwah
yang memuat prinsip al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar”.Kewajiban
ini bahkan menjadi sebuah keyakinan bagi kalangan pesantren, sebagai pembeda
antara orang mukmin dengan munafik.Iman al-Ghazali lebih keras menyatakan,bahwa
meninggalkan amar makruf nahi munkar berarti keluar dari komunitas orang
mukmin.[7]
Ø Metode
penyampaian dalam pengajaran agama di pondok pesantren
Dalam
rangka/usaha mencapai tujuan tersebut,diperlukan suatu metode yang sangat
operasional pula yaitu metode penyajian materi pendidikan dan pengajaran yang
menyangkut pendidikan agama Islam dan keterampilan di lembaga pendidikan pondok
pesantren tersebut.
Metode
penyajian atau penyampaian tersebut ada yang bersifat tradisional menurut
kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam intitusi itu,seperti pengajian
dengan balahan,weton,dan sorogan.Ada pula metode non tradisional dengan
pengertian metode yang baru di
introdusir ke dalam institusi tersebut berdasarkan atas pendekatan ilmiah.
Usaha
mengintrodusir ide tentang metode baru dilakukan atas pelbagai
pendekatan-pendekatan psikologis,sosial,relegius,pedagogis,dan sebagainya agar
pimpinan intitusi yang bersangkutan lebih dahulu memahami dan menerima maksud/tujuan
ide baru yang akan diintrodusikan itu.
Dalam
hubungan ini,perlu kita sadari bahwa ada strategi dasar yang telah dipegangi
oleh pimpinan pondok pesantren yang ditetapkan dalam Muktamar Pondok Pesantren
(ROBITHOH MA’HID KE-I pada tahun 1959) yang menyatakan sebagai berikut :
اَلمحُاَفَظَةُ
عَلَى الْقَدِ يْمِ الصَّلِحِ وَالْاَخْذُ بِالْجَدِيْدِ اْلَاصْلَحِ
“Tetap
memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih
baik”.
Adapun
metode yang dapat dipergunakan di lingkungan pondok pesantren antara lain,seperti
tersebut dibawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi
masing-masing:
v Metode
tanya jawab
v Metode
diskusi
v Metode
imlak
v Metode
mutholaah/ricital
v Metode
proyek
v Metode
dialog
v Metode
karyawisata
v Metode
hafalan
v Metode
sosiadrama
v Metode
pemberian situasi
v Metode
pembiasaan
v Metode
percontohan tingkah laku/dramatisasi
Macam-macam
metode itu menjadi efektif dan tidaknya bagi santri (anak didik) adalah banyak bergantung
kepada pribadi pendidik (guru / pengajar / pengasuh) itu sendiri.[8]
BAB
III
PENUTUP
Dari
pembahasan makalah diatas,dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah salah satu
lembaga pendidikan tertua di Indonesia,pesantren adalah salah satu lembagaa
pendidikan yang bisa mencetak manusia yang agamis dengan bekal
kemampuan-kemampuan keilmuan agamanya yang sangat luas dan dalam upaya
membentuk Insan Kamil yang berakhlakul karimah.
Peran
pesantren dalam dinamika sosial sangatlah banyak,antara lain :
Ø Lembaga
pendidikan
Ø Lembaga
keilmuan
Ø Lembaga
pelatihan
Ø Lembaga
bimbingan keagamaan
Demikianlah
makalah ini,kami buat dengan judul “Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren“,tentunya banyak kesalahan dalam sana-sini.Untuk itu kritik dan saran
kami harapkan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
H.
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (islam dan umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995)
Nafi,
M. Dian, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT. LKIS
Pelangi Aksara,2007)
Wahjoetomo,
1997, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, (
Jakarta: Gema Insani
Press)
http:/blog.rc.or.id/pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan islam.htm
[1] Wahjoetomo, Perguruan Tinggi
Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,( Jakarta :Gema Insani
Press, 1997), hal.21
[2] http:/blog.rc.or.id/pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan islam.htm
[3]
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,(
Jakarta : Gema Insani Press, 1997), hal.70
[4] M. Dian Nafi, dkk, Praktis
Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2007), hal. 9
[5]
M.Dian Nafi,dkk,Op.Cit.hal.11-16
[6] Wahjoetomo, Perguruan
Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,( Jakarta :Gema Insani
Press, 1997), hal.82-88
[7] M.Dian Nafi,Op.Cit.hal.49-62
[8] H.M.Arifin, Kapita Selekta
Pendidikan (islam dan umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 259-261