Tuesday, June 25, 2013

Seputar Maulid Nabi Muhammad SAW

SEPUTAR MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Sebelum lebih jauh membahas tentang muludan, baiknya saya ulas lebih dahulu tentang riwayat singkat Nabi Muhammad Saw. Beliau lahir hari Senin, 20 April 571 M atau 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah di Kota Makkah dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Siti Aminah binti Wahhab, kemudian wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 11 H atau 8 Juni 632 M. Beliau merupakan seorang nabi dan juga rasul yang terakhir ( khatan al – anbiya’ ), sekaligus merupakan pemimpin para nabi dan rasul seluruhnya. Allah Swt beriman, Muhammad itu sekali – kali bukanlah bapak dari seorang laki – laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi – nabi. (Qs. Al – Ahzab: 40 ).
Kedatangan beliau merupakan penyempurna bagi agama – agama sebelumnya dan diutus untuk seluruh alam semesta, serta memberi rahmat kepada mereka ( rahmatan lil-alamin ), tidak pada suatu golongan tertentu seperti para nabi atau rasul sebelumnya. Allah Saw berfirman, Kami mengutusmu menjadi rasul kepada segenap manusia.( Qs. An-Nisa’: 79 ); Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.( Qs. Al-Anbiya’: 107 )
Beliau adalah satu – satunya rasul yang bisa memberi syafaat (pertolongan) di Hari Kiamat. Dari riwayat singkat ini, dapat kita ketahui ketinggian derajat beliau di hadapan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Maka wajar bila kita sebagai umatnya selalu mengagungkan dan mencintainya sepenuh jiwa dan raga kita sebagai sarana untuk mencapai kecintaan kepada Allah Swt.
Adapun cara mewujudkan kecintaan kepada beliau banyak jalan yang bisa ditempuh, seperti mengikuti ajaran – ajarannya, meniru sifat – sifatnya yang agaung, membaca shalawat, dan yang telah menjadi kegiatan rutinitas yang ada pada negara kita adalah – memperingati  hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Peringatan itu diselenggarakan pada bulan Rabi’ul Awwal. Biasanya mulai tanggal 1 sudah diadakan pembacaan Al – Barzanji, Maulud Ad-Diba’ atau karangan lain tentang sejarah ringkas kehidupan Nabi Muhammad Saw. Puncak acara ini pada tanggal 12 yang biasanya diisi dengan pengajian. Tak jarang kegiatan ini mendapat sorotan dari beberapa kalangan yang menganggap acara muludan tidak sesuai dengan ajaran agama.Lantas bagaimana para ulama sendiri menyikapinya?
Sebetulnya permasalahan muludan sudah pernah ditanyakan pada Imam Jalaludin as-Suyuthi 5 abad yang lalu. Beliau menjawab bahwa kegiatan Maulid Nabi (peringatan hati kelahiran Nabi) merupakan bid’ah hasanah (bagus), karena merupakan acara yang mengagungkan deraja Baginda Rasulullah, dan orang yang melakukannya akan mendapat pahala. Keterangannya ada di Al-Hawili al-Fatawa, juz I, hlm. 251-252.
Memang kegiatan mauludiyyah bukan merupakan ajaran dari Rasulullah, melainkan dirintis oleh Raja Muzhaffar Abu Sa’id al-Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah seorang raja yang saleh, terkenal sangat pemurah serta baik hati, dan bermahzhab Ahlus Sunnah, seperti keterangan dalam Al – Hawi li at-Fatawa juz I, hlm. 252. Akan tetapi, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw sudah ada sejak dahulu. Pada saat beliau masih hidup, sudah ada wujud peringatan atas hari kelahirannya, walaupun cara yang dilakukan berbeda. Saat itu beliau memperingati hari kelahirannya dengan melakukan puasa hari Senin bertepatan dengan hari kelahirannya. Disebutkan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah:
عَنْ ابِيْ قتَادة اْلانْصارِي رضِي الله ُ عنْهُ انّ رسُوْلَ الله ِ صلّى الله ُ عليه وسلم سئل عن يوم الاثنين فقال فيه ولدت وفيه وانزل علي

“Diriwayatkan dari Abi Qatadah al-Anshari bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, ‘Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturtunkan kepadaku.”(HR. Muslim)
    Betapa beliau sangat mengagungkan kelahirannya sendiri, dan kita sebagai umatnya wajar bila mengikuti yang telah menjadi kebiasaan beliau, meskipun bentuknya berbeda. Adalah keharusan acara maulidiyyah diisi dengan kegiatan – kegiatan ibadah yang dianjurkan oleh syariat seperti membaca shalawat, mengkaji sejarah Nabi, bersedekah, dan lain – lain. Seperti yang dikemukakanSayyid Muhammad al-Alawi dalam Mafahim Yajibu ‘an Tushahhah, hlm. 224-226, dan Imam Ibn Taimiyyah dalam Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushus bain al-Nazhariyyah wa at-Tathbiq, hlm. 399, dan beberapa ulama yang lainnya.
    Ada satu lagi kegiatan yang sering dianggap tidak berdasar oleh sebagian kalangan, yaitu berdiri di tengah – tengah pembacaan Al – Barjanji atau biasa disebut Mahalul Qiyam ( mahal al-qiyam ). Sebenarnya, kalau dikatakan tidak berdasar, saya kira kurang tepat. Mahalul Qiyam adalah penghormatan atas kedatangan Nabi sebagai penolong dan penyelamat di dunia dan akhirat. Bukankah bediri atas kedatangan orang sangat agung dan mulia adalah anjuran Baginda Nabi sendiri? Perhatikan hadis berikut
عن ابي سعيد الخدري قال قال رسول الله عليه وسلم للانصار قوموا الى سيدكم او خيركم
“Dari Abi Said al-Khudri, beliau berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda pada sahabat Anshar, ‘Berdirilah untuk tuan kamu atau orang yang paling baik di antara kamu.”(HR. Muslim )

Demikian sedikit ringkasan kajian tentang mauludiyyah. Semoga ini bisa menambah pengetahuan kita tentang Rasulullah Saw sehingga tidak mempermasalahkan lagi tentang perbedaan pendapat yang banyak terjadi. Kalau tidak ada dalil yang jelas atas larangan kegiatan ini, tak pantas kiranya jika langsung menghukumi haram. Sekian. Wallahu a’lam.