Manusia sebagai makhluk yang
dimuliakan Allah di atas makhluk yang lain, dititahkan sebagai khalifah Allah
dalam kehidupan di muka bumi ini. Pengertian khalifah atau pengganti, berfungsi
penegasan dan pembebanan (taklif) kepada manusia untuk melaksanakan tugas-tugas
kehidupan di dunia ini. Dalam hal ini manusia dibekali potensi dan kekuatan
fisik dan kekuatan berfikir. Manusia diberi kemampuan menggunakan akal pikiran
secara penuh.
Manusia oleh karenanya dalam
kehidupan sosial dituntut dan bertanggungjawab untuk mengajak mengerjakan
ma’ruf sekaligus meninggalkan kemungkaran. Ini berarti manusia tidak bisa
terlepas dari fungsi dakwah. Bahwa dakwah mempunyai relevansi sepanjang masa,
karena manusia hidup tidak bisa lepas dari nafsu dan berbagai kecenderungan
negatifnya.[1]
Islam adalah agama yang
memandang setiap penganutnya sebagai dai bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Karena Islam tidak menganut adanya hierarki religius, setiap Muslim bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri di hadapan Allah. Namun demikian, karena ajaran
Islam bersifat universal dan ditujukan kepada seluruh umat manusia, kaum Muslim
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa ajarannya sampai kepada seluruh
manusia di sepanjang sejarah.
Dalam bahasa Islam, tindakan
menyebarkan dan mengomunikasi-kan pesan-pesan Islam ini merupakan esensi
dakwah. Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya
untuk mengimbau orang lain ke arah Islam.
Kewajiban berdakwah merupakan
perintah yang ditetapkan bagi kaum beriman sejak awal masa kenabian Muhammad
Saw. Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw., untuk mulai berdakwah sejak
tahun-tahun awal kerasulannya, dan perintah ini kemudian diluaskan kepada
seluruh pengikutnya. Aktivitas dakwah, karenanya bukanlah tugas yang harus
diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktivitas paro-waktu semata.
Setiap Muslim baik yang berpendidikan maupun tidak memiliki tanggung jawab
untuk melakukan pekerjaan dakwah, tanggung jawab itu lebih besar lagi bagi
orang yang berilmu dan arif. [2]
Dakwah ibarat lentera
kehidupan, yang memberi cahaya dan menerangi hidup manusia dari nestapa
kegelapan. Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, dengan rapuhnya
akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, dakwah diharapkan mampu
memberi cahaya terang. Maraknya berbagai ketimpangan, kerusuhan, kecurangan dan
sederet tindakan tercela lainnya, disebabkan terkikisnya nilai-nilai agama
dalam diri manusia. Tidak berlebihan jika dakwah merupakan bagian yang cukup
penting bagi umat saat ini.
Berhasilnya suatu dakwah
mencapai sasaran, apabila juru dakwah juga menjalankan moral dan etika Islam,
yang ditunjukkan oleh kadar keimanan dan ketaqwaannya secara secara konkrit
dalam kehidupan sehari-hari. Moral dan etika pada hakikatnya bukanlah sesuatu
yang dipaksakan dari luar, melainkan hadir dari dalam kesadaran diri atas dasar
sistem nilai yang ditentukan oleh pengalaman batin dan akar budaya seseorang di
suatu lingkungan masyarakat.[3]