PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari khazanah
masa lalu, Pendidikan Islam yang mulai dirintis sejak turunnya wahyu pertama
kepada Nabi Muhammad SAW pun mengalami pasang dan surut seiring dengan
perjalanan panjangnya melintasi ruang dan waktu hingga masa sekarang. Layaknya
peristiwa sejarah yang lain, pasangsurutnya Pendidikan Islam ini sangat
bergantung pada bagaimana pelaku sejarah pada masa itu melaksanakan proses
pendidikan.
Pendidikan Islam yang mulai
dibina oleh Nabi Muhammad SAW di mekah yang kemudian dikembangkan di madinah
terus mengalami pekembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat hingga mencapai
suatu masa yang oleh para ahli sejarah dikatakan sebagai puncak kejayaan
pendidikan Islam. Masa ini dimulai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal di berbagai pusat kebudayaan
Islam. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa dan semangat kaum muslimin pada waktu itu
yang sangat dalam pengahayatan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam.
Namun pendidikan Islam yang
pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan
jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak
jatuhnya kota Baghdad dan Granada di samping beberapa faktor yang lain.
PEMBAHASAN
Setelah
Islam mencapai puncak kejayaan, khususnya dibidang pendidikan, pada masa
pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid dan Al-Ma’mun, Islam sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran.
Pada
umumnya para sejarawan menetapkan bahwa kejatuhan Baghdad(1258 M) dan Cordova
(1236 M) sebagai awal masa kemunduran Islam. Masa kemunduran disini, dengan
konotasi kemunduran intelektual. Sementara pada aspek kehidupan lain ada yang
mengalami kemajuan. Umpamanya, kemajuan dibidang kemiliteran pada masa Turki
Usmani.[1]
Kehancuran
total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai pusat-pusat pendidikan dan
kebudayaan islam,menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan
islam.Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan
dari kedua pusat pendidikan di timur dan barat dunia islam tersebut,menyebabkan
pula kemunduran pendidikan diseluruh dunia islam,terutama dalam bidang
intelektual dan material,tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan
batin dan spiritual.
Suasana
gelap yang menyelimuti dunia islam akibat berbagai krisis benar-benar mencekam
dan memprihatinkan.Pada saat bangsa eropa tengah sibuk melepaskan
armada-armadanya untuk mengarungi berbagai lautan untuk menjajah kekayaan
negeri-negeri islam,sekaligus dengan menyebarluaskan ajaran injil,pada saat itu
pula daya intelektual generasi penerus tidak mampu untuk mengatasi
persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan
perkembangan zaman,sebagian besar kaum muslimin tenggelam dengan tasawuf yang
sudah jauh menyimpang dari roh islam.[2]
M.M.Syarif,sebagaimana
dikutip oleh Zuhairini,menjelaskan bahwa gejala kemunduran pendidikan islam
mulai tampak setelah abad ke-13 M yang ditandai dengan terus melemahnya
pemikiran islam sampai abad ke-18 M.Secara kuantitas,pendidikan islam
menunjukan perkembangan yang baik.Madrasah telah diperkenalkan dan didirikan di
beberapa wilayah Islam.Keterlibatan langsung penguasa terhadap
pendidikan,memacu makin berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan.Penguasa
Dinasti Ayyubiyah,Mamluk,Usmani dan sebagainya terus memperbanyak bangunan
madrasah-madrasah.Kontrol negara yang kuat terhadap sistem madrasah,membuat
masyarakat islam mengarahkan kegiatan pendidikan formal di madrasah-madrasah.[3]
A.Faktor Penyebab Kemunduran
Pendidikan Islam.
Tiada
akibat tanpa sebab. Itulah ungkapan yang sesuai dengan pembahasan ini.
Kemunduran Islam dalam berbagai sisi kehidupan, khususnya pendidikan, juga
bukan tanpa sebab. Ada banyak sekali faktor penyebab yang diklaim bertanggung
jawab atas kemunduran pendidikan Islam.
Diantara
sebab-sebab melemahnya Islam dalam bidang Intelektual adalah sebagai berikut :
- Merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan islam.Materi pelajarannya,seperti dijelaskan Zuhairini,sangat sederhana.Materi yang diajarkan hanyalah materi ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis,termasuk ilmu pengetahuan.
- Keterpesonaan terhadap buah pikiran masa lampau,membuat umat islam merasa cukup dengan apa yang sudah ada.Mereka tidak mau berusaha lebih keras lagi untuk memunculkan gagasan-gagasan keagamaan yang cemerlang.Usaha yang mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian syarah atau ta’liqah pada kritik-kritik ulama terdahulu yang bertujuan memudahkan pembaca untuk memahami kitab-kitab rujukan dengan menjelaskan kalimat-kalimat secara semantik,atau menambah penjelasan dengan mengutip ucapan-ucapan para ulama lain.
- Lenyapnya metode berfikir rasional,yang pernah dikembangkan oleh Mu’tazilah.
- Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M,Ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali.Sekitar 800.000 penduduk Baghdad dibunuh,perpustakaan dihancurkan,buku-buku dibakar dan ribuan rumah penduduk diratakan dengan tanah.
- Kurangnya perhatian penguasa-penguasa terhadap kehidupan intelektualisme menambah umat islam semakin tidak bergairah untuk melahirkan karya-karya intelektual sehingga ilmu pengetahuan islam mengalami stagnasi.
- Berkembangnya sikap hidup fatalistis dalam masyarakat.
- Berfikir ilmiah dan naturalis(berdasarkan sunah Allah) tidak lagi diterapkan.Oleh karena itu,berkembanglah takhayul dan khurafat.[4]
M.M.Syarif
dalam bukunya Muslim Thought,mengungkapkan bahwa yang mengakibatkan melemahnya
pikiran islam yang menjadikan kemunduran
pendidikan islam tersebut,antara lain sebagai berikut :
- Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistik)yang dimasukkan oleh Al-Ghozali dalam alam islami di Timur,dengan filsafat islamnya menuju kearah bidang rohaniah hingga menghilang ia kedalam mega alam tasawuf.Berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat islamnya(yang bercorak rasionalistis)kedunia islam di Barat,dengan filsafatnya menuju kearah yang bertentangan dengan Al-Ghozali yakni menuju kejurang materialisme.Al-Ghozali mendapat sukses di timur,hingga pendapat-pendapatnya merupakan satu aliran yang terpenting,Ibnu Rusyd mendapat sukses di barat hingga pikiran-pikirannya menjadi pimpinan yang penting bagi alam pikiran barat.
- Umat islam,terutama dalam pemerintahannya(khalifah,sultan,Amir-amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan,dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.Kalau pada mulanya para pejabat pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan,maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat islam,para ilmuan pada umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan sehingga melupakan ilmu pengetahuan.
- Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar,sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.sementara itu,obor pikiran islam berpindah tangan ketangan masehi,yang mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin yang menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dari pikiran islam itu.[5]
Ketidakmampuan
intelektual tersebut,merealisasi dalam”pernyataan”bahwa pintu ijtihad telah
tertutup dan ajaran yang menyatakan bahwa dunia adalah penjara bagi kaum muslimin
sudah populer ditengah-tengah masyarakat islam.Terjadilah kebekuan intelektual
secara total.
Dalam
hal ini Fazlur Rahman,dalam bukunya islam,menjelaskan tentang gejala-gejala
kemunduran intelektual islam adalah sebagai berikut :
Penutupan pintu ijtihad(yakni
pemikiran yang orisinil dan bebas) selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M telah
membawa kepada kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual.Ilmu-ilmu
intelektual,yakni teologi dan pemikiran keagamaan,sangat mengalami kemunduran
dan menjadi miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari intelektualisme
sekuler dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti
yang dibawa oleh sufisme.[6]
B.Unsur-Unsur Pendidikan yang
Mengalami Kemunduran
Kemunduran
dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran pada masa ini, nampak jelas dari
sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran yang ada di
madrasah-madrasah pada umumnya. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang ilmu
pengetahuan umum, dan tidak adanya perhatian kepada ilmu-ilmu kealaman, maka
kurikulum di madrasah-madrasa pada umumnya hanya terbatas pada ilmu-ilmu
pengetahuan agama, ditambah sedikit gramatika dan bahasa sebagai alat yang
diperlukan. Ilmu-ilmu keagamaan yang murni tinggal terdiri dari Tafsir
Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, dan ilmu kalam. Pada masa itu juga berkembang
pendidikan sufi.
Mata
pelajarannya sangat sederhana, yang ternyata jumlah total bukubuku yang harus
dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan pada tingkat tertinggi sekalipun)
sangat sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi pun relatif
singkat. Sehingga materi pelajaran yang diterima kurang mendalam. Semua ini
disebabkan karena sistem pengajaran pada masa itu sangat berorientasi pada buku
pelajaran, bukan pada pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, sering terjadi
pelajaran hanya memberi komentar atau saran terhadap buku-buku pelajaran yang
dijadikan pegangan oleh guru. Sehingga, pada masa ini perkembangan ilmu
pengetahuan macet total. Tidak ada bukubuku baru yang dihasilkan. Buku yang muncul
pada masa ini hanya berupa komentar terhadap buku-buku yang sudah ada.
Selain
itu, unsur penting dalam pendidikan yang juga mengalami kemunduran adalah
semangat dalam mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan.Hal ini disebabkan
oleh perkembangan aliran pemikiran tradisionalisme.Dengan aliran pemikiran ini,
masyarakat Islam mengembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan, toh segala
sesuatu telah dikehendaki Tuhan.[7]
C.Profil Pendidikan Islam Pada
Masa Kemunduran.
Setelah
runtuhnya kekuasaan bani Abbasiyah yang berpusat di kota baghdad oleh serangan
bangsa Mongol disertai pemusnahan khazanah ilmu pengetahuan, maka surut pula
kegiatan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Bahkan perhatian pejabat
pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sangat kurang dan diikuti
dengan beralihnya perhatian para ahli ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan umum
kepada ilmu agama dan politik.
Hal
yang sama juga terjadi di Andalusia sejak runtuhnya kekuasaan Islam pada tahun
1492 M. Pusat-pusat peradaban Islam dihancurkan oleh penguasa Kristen. Dan
banyak diantara para ilmuwan Islam yang terbunuh oleh tentara Kristen.
Akibatnya para ilmuwan Islam kehilangan kreatifitas untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan selanjutnya terjadi penurunan kualitas intelektual umat Islam.[8]
Kehancuran
total yang dialami oleh kota Baghdad dan Granada, menandakan runtuhnya
sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam.Musnahya lembaga-lembaga pendidikan
dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan tersebut
menyebabkan kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islam.[9]
Pada
masa-masa sulit tersebut bersamaan dengan berkembangnya aliran tasawuf asy’ary
dan al Ghozali. Kedua aliran teologi tersebut tawakkal dan fatalisme. Sehingga
pada masa-masa sulit tersebut, umat Islam dengan mudah mengembalikan seluruh
kesulitan yang mereka hadapi kepada Allah dengan tanpa adanya usaha untuk
meraih kembali. Mereka menganggap semuanya adalah kehendak Allah.
Dan
puncaknya, yaitu pada masa kepemimpinan Turki Usmani yang menitik beratkan
perhatiannya pada pengembangan kekuasaan militer dengan teknik perang yang
demikian maju. Mereka mengalami kegagalan ketika melakukan penjajahan di
sekitar benteng Wina. Itulah awal arus balik pengaruh peradaban menjadi dari
Eropa ke dunia Timur Islam. Hal itu terjadi karena pada masa tersebut
kebangkitan Eropa sudah mulai terbit. Pada masa ini, perkembangan pemikiran
intelektual Islam terhenti hingga kawasan pemikiran Islam kembali terbatas pada
ilmu-ilmu naqliyah serta mulai bercampur dengan bid’ah dan khurafat.Hal ini terjadi
hingga munculnya tokoh pembaharuan seperti Muhammad ibn Abdul Wahab dari Nejed
Saudi Arabia dan Syah Waliy Allah dari India.[10]
PENUTUP
Dari uraian
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan keilmuan dan pendidikan di
dunia Islam mulai mengalami kemunduran ketika umat islam tidak mau menggunakan
gaya pemikiran rasional dan hanya mencukupkan diri dengan karya-karya ulama
terdahulu tanpa ada usaha untuk menelurkan pemikiran baru ke arah yang lebih
konservatif. Hal ini disebabkan karena umat islam mulai menjauhi pemikiran
filsafat.Kondisi ini diperparah lagi dengan keadaan para pejabat dan para kaum
intelektual yang tidak lagi perhatian dengan bidang keilmuan. Lebih-lebih ketika
pusat peradaban islam mendapat serangan dari tentara tartar dan mongol yang
menghancurkan lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmiah yang membuat umat
muslim putus asa sehingga lari ke dunia sufistik yang penuh dengan takhayul dan
khurafat.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar,Samsul.2009.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana
Media Group
Nizar,Samsul.2005.Sejarah dan
pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam.Jakarta: Quantum Teaching
Asrahah,Hanun.1991.Sejarah Pendidikan Islam.Cet.1.Jakarta
: Logos
www.scribd.com/doc/spi-fahmi
Teaching,2005. Hal 75-77