Monday, September 10, 2012

Kemunduran Pendidikan Islam


PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari khazanah masa lalu, Pendidikan Islam yang mulai dirintis sejak turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW pun mengalami pasang dan surut seiring dengan perjalanan panjangnya melintasi ruang dan waktu hingga masa sekarang. Layaknya peristiwa sejarah yang lain, pasangsurutnya Pendidikan Islam ini sangat bergantung pada bagaimana pelaku sejarah pada masa itu melaksanakan proses pendidikan.
Pendidikan Islam yang mulai dibina oleh Nabi Muhammad SAW di mekah yang kemudian dikembangkan di madinah terus mengalami pekembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat hingga mencapai suatu masa yang oleh para ahli sejarah dikatakan sebagai puncak kejayaan pendidikan Islam. Masa ini dimulai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal di berbagai pusat kebudayaan Islam. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa dan semangat kaum muslimin pada waktu itu yang sangat dalam pengahayatan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam.
Namun pendidikan Islam yang pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak jatuhnya kota Baghdad dan Granada di samping beberapa faktor yang lain.

PEMBAHASAN

Setelah Islam mencapai puncak kejayaan, khususnya dibidang pendidikan, pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid dan Al-Ma’mun, Islam sedikit demi sedikit mengalami kemunduran.
Pada umumnya para sejarawan menetapkan bahwa kejatuhan Baghdad(1258 M) dan Cordova (1236 M) sebagai awal masa kemunduran Islam. Masa kemunduran disini, dengan konotasi kemunduran intelektual. Sementara pada aspek kehidupan lain ada yang mengalami kemajuan. Umpamanya, kemajuan dibidang kemiliteran pada masa Turki Usmani.[1]
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam,menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan islam.Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di timur dan barat dunia islam tersebut,menyebabkan pula kemunduran pendidikan diseluruh dunia islam,terutama dalam bidang intelektual dan material,tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan batin dan spiritual.
Suasana gelap yang menyelimuti dunia islam akibat berbagai krisis benar-benar mencekam dan memprihatinkan.Pada saat bangsa eropa tengah sibuk melepaskan armada-armadanya untuk mengarungi berbagai lautan untuk menjajah kekayaan negeri-negeri islam,sekaligus dengan menyebarluaskan ajaran injil,pada saat itu pula daya intelektual generasi penerus tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman,sebagian besar kaum muslimin tenggelam dengan tasawuf yang sudah jauh menyimpang dari roh islam.[2]
M.M.Syarif,sebagaimana dikutip oleh Zuhairini,menjelaskan bahwa gejala kemunduran pendidikan islam mulai tampak setelah abad ke-13 M yang ditandai dengan terus melemahnya pemikiran islam sampai abad ke-18 M.Secara kuantitas,pendidikan islam menunjukan perkembangan yang baik.Madrasah telah diperkenalkan dan didirikan di beberapa wilayah Islam.Keterlibatan langsung penguasa terhadap pendidikan,memacu makin berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan.Penguasa Dinasti Ayyubiyah,Mamluk,Usmani dan sebagainya terus memperbanyak bangunan madrasah-madrasah.Kontrol negara yang kuat terhadap sistem madrasah,membuat masyarakat islam mengarahkan kegiatan pendidikan formal di madrasah-madrasah.[3]
A.Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam.
Tiada akibat tanpa sebab. Itulah ungkapan yang sesuai dengan pembahasan ini. Kemunduran Islam dalam berbagai sisi kehidupan, khususnya pendidikan, juga bukan tanpa sebab. Ada banyak sekali faktor penyebab yang diklaim bertanggung jawab atas kemunduran pendidikan Islam.
Diantara sebab-sebab melemahnya Islam dalam bidang Intelektual adalah sebagai berikut :
  1. Merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan islam.Materi pelajarannya,seperti dijelaskan Zuhairini,sangat sederhana.Materi yang diajarkan hanyalah materi ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis,termasuk ilmu pengetahuan.
  2. Keterpesonaan terhadap buah pikiran masa lampau,membuat umat islam merasa cukup dengan apa yang sudah ada.Mereka tidak mau berusaha lebih keras lagi untuk memunculkan gagasan-gagasan keagamaan yang cemerlang.Usaha yang mereka tempuh hanyalah sebatas pemberian syarah atau ta’liqah pada kritik-kritik ulama terdahulu yang bertujuan memudahkan pembaca untuk memahami kitab-kitab rujukan dengan menjelaskan kalimat-kalimat secara semantik,atau menambah penjelasan dengan mengutip ucapan-ucapan para ulama lain.
  3. Lenyapnya metode berfikir rasional,yang pernah dikembangkan oleh Mu’tazilah.
  4. Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M,Ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali.Sekitar 800.000 penduduk Baghdad dibunuh,perpustakaan dihancurkan,buku-buku dibakar dan ribuan rumah penduduk diratakan dengan tanah.
  5. Kurangnya perhatian penguasa-penguasa terhadap kehidupan intelektualisme menambah umat islam semakin tidak bergairah untuk melahirkan karya-karya intelektual sehingga ilmu pengetahuan islam mengalami stagnasi.
  6. Berkembangnya sikap hidup fatalistis dalam masyarakat.
  7. Berfikir ilmiah dan naturalis(berdasarkan sunah Allah) tidak lagi diterapkan.Oleh karena itu,berkembanglah takhayul dan khurafat.[4]
M.M.Syarif dalam bukunya Muslim Thought,mengungkapkan bahwa yang mengakibatkan melemahnya pikiran islam yang menjadikan  kemunduran pendidikan islam tersebut,antara lain sebagai berikut :
  1. Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistik)yang dimasukkan oleh Al-Ghozali dalam alam islami di Timur,dengan filsafat islamnya menuju kearah bidang rohaniah hingga menghilang ia kedalam mega alam tasawuf.Berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat islamnya(yang bercorak rasionalistis)kedunia islam di Barat,dengan filsafatnya menuju kearah yang bertentangan dengan Al-Ghozali yakni menuju kejurang materialisme.Al-Ghozali mendapat sukses di timur,hingga pendapat-pendapatnya merupakan satu aliran yang terpenting,Ibnu Rusyd mendapat sukses di barat hingga pikiran-pikirannya menjadi pimpinan yang penting bagi alam pikiran barat.
  2. Umat islam,terutama dalam pemerintahannya(khalifah,sultan,Amir-amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan,dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.Kalau pada mulanya para pejabat pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan,maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat islam,para ilmuan pada umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan sehingga melupakan ilmu pengetahuan.
  3. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar,sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.sementara itu,obor pikiran islam berpindah tangan ketangan masehi,yang mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin yang menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dari pikiran islam itu.[5]
Ketidakmampuan intelektual tersebut,merealisasi dalam”pernyataan”bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan ajaran yang menyatakan bahwa dunia adalah penjara bagi kaum muslimin sudah populer ditengah-tengah masyarakat islam.Terjadilah kebekuan intelektual secara total.
Dalam hal ini Fazlur Rahman,dalam bukunya islam,menjelaskan tentang gejala-gejala kemunduran intelektual islam adalah sebagai berikut :
Penutupan pintu ijtihad(yakni pemikiran yang orisinil dan bebas) selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M telah membawa kepada kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual.Ilmu-ilmu intelektual,yakni teologi dan pemikiran keagamaan,sangat mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari intelektualisme sekuler dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.[6]
B.Unsur-Unsur Pendidikan yang Mengalami Kemunduran
Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran pada masa ini, nampak jelas dari sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran yang ada di madrasah-madrasah pada umumnya. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum, dan tidak adanya perhatian kepada ilmu-ilmu kealaman, maka kurikulum di madrasah-madrasa pada umumnya hanya terbatas pada ilmu-ilmu pengetahuan agama, ditambah sedikit gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu keagamaan yang murni tinggal terdiri dari Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, dan ilmu kalam. Pada masa itu juga berkembang pendidikan sufi.
Mata pelajarannya sangat sederhana, yang ternyata jumlah total bukubuku yang harus dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan pada tingkat tertinggi sekalipun) sangat sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi pun relatif singkat. Sehingga materi pelajaran yang diterima kurang mendalam. Semua ini disebabkan karena sistem pengajaran pada masa itu sangat berorientasi pada buku pelajaran, bukan pada pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, sering terjadi pelajaran hanya memberi komentar atau saran terhadap buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru. Sehingga, pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan macet total. Tidak ada bukubuku baru yang dihasilkan. Buku yang muncul pada masa ini hanya berupa komentar terhadap buku-buku yang sudah ada.
Selain itu, unsur penting dalam pendidikan yang juga mengalami kemunduran adalah semangat dalam mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan.Hal ini disebabkan oleh perkembangan aliran pemikiran tradisionalisme.Dengan aliran pemikiran ini, masyarakat Islam mengembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan, toh segala sesuatu telah dikehendaki Tuhan.[7]
C.Profil Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran.
Setelah runtuhnya kekuasaan bani Abbasiyah yang berpusat di kota baghdad oleh serangan bangsa Mongol disertai pemusnahan khazanah ilmu pengetahuan, maka surut pula kegiatan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan. Bahkan perhatian pejabat pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sangat kurang dan diikuti dengan beralihnya perhatian para ahli ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan umum kepada ilmu agama dan politik.
Hal yang sama juga terjadi di Andalusia sejak runtuhnya kekuasaan Islam pada tahun 1492 M. Pusat-pusat peradaban Islam dihancurkan oleh penguasa Kristen. Dan banyak diantara para ilmuwan Islam yang terbunuh oleh tentara Kristen. Akibatnya para ilmuwan Islam kehilangan kreatifitas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan selanjutnya terjadi penurunan kualitas intelektual umat Islam.[8]
Kehancuran total yang dialami oleh kota Baghdad dan Granada, menandakan runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam.Musnahya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan tersebut menyebabkan kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islam.[9] 
Pada masa-masa sulit tersebut bersamaan dengan berkembangnya aliran tasawuf asy’ary dan al Ghozali. Kedua aliran teologi tersebut tawakkal dan fatalisme. Sehingga pada masa-masa sulit tersebut, umat Islam dengan mudah mengembalikan seluruh kesulitan yang mereka hadapi kepada Allah dengan tanpa adanya usaha untuk meraih kembali. Mereka menganggap semuanya adalah kehendak Allah.
Dan puncaknya, yaitu pada masa kepemimpinan Turki Usmani yang menitik beratkan perhatiannya pada pengembangan kekuasaan militer dengan teknik perang yang demikian maju. Mereka mengalami kegagalan ketika melakukan penjajahan di sekitar benteng Wina. Itulah awal arus balik pengaruh peradaban menjadi dari Eropa ke dunia Timur Islam. Hal itu terjadi karena pada masa tersebut kebangkitan Eropa sudah mulai terbit. Pada masa ini, perkembangan pemikiran intelektual Islam terhenti hingga kawasan pemikiran Islam kembali terbatas pada ilmu-ilmu naqliyah serta mulai bercampur dengan bid’ah dan khurafat.Hal ini terjadi hingga munculnya tokoh pembaharuan seperti Muhammad ibn Abdul Wahab dari Nejed Saudi Arabia dan Syah Waliy Allah dari India.[10]



PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan keilmuan dan pendidikan di dunia Islam mulai mengalami kemunduran ketika umat islam tidak mau menggunakan gaya pemikiran rasional dan hanya mencukupkan diri dengan karya-karya ulama terdahulu tanpa ada usaha untuk menelurkan pemikiran baru ke arah yang lebih konservatif. Hal ini disebabkan karena umat islam mulai menjauhi pemikiran filsafat.Kondisi ini diperparah lagi dengan keadaan para pejabat dan para kaum intelektual yang tidak lagi perhatian dengan bidang keilmuan. Lebih-lebih ketika pusat peradaban islam mendapat serangan dari tentara tartar dan mongol yang menghancurkan lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmiah yang membuat umat muslim putus asa sehingga lari ke dunia sufistik yang penuh dengan takhayul dan khurafat.
 

DAFTAR PUSTAKA
Nizar,Samsul.2009.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana Media Group
Nizar,Samsul.2005.Sejarah dan pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam.Jakarta: Quantum Teaching
Asrahah,Hanun.1991.Sejarah Pendidikan Islam.Cet.1.Jakarta : Logos
www.scribd.com/doc/spi-fahmi


[1] www.scribd.com/doc/spi-fahmi
[2] Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta:Kencana Media Group,2009,hal.177.
[3] Hanun Asrahah,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta:Logos,1991,cet.1,hal.120-121
[4] Hanun Asrahah,Op.Cit.hal.121-125

[5] Samsul Nizar,Op.Cit.hal.177-178
[6] Ibid,hal.178
[7] www.scribd.com/doc/spi-fahmi

[8] Samsul Nizar, Sejarah dan pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam,Jakarta:Quantum
  Teaching,2005. Hal 75-77
[9] Ibid,hal.111
[10] www.scribd.com/doc/spi-fahmi