BAB
I
Klasifikasi adalah pengelompokan barang
yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya. Dalam kehidupan
sehari-hari pekerjaan mengelompokkan semacam itu sangat sering kita lakukan.
Misalnya para penjual buah-buahan menyusun dagangannya dengan beberapa cara,
berdasarkan macam buah yang dijual, berdasarkan harganya, dan mungkin pula
berdasarkan besar kecilnya buah-buahan itu. Pemilik toko menyusun barang-barang
yang dijajakkan berdasarkan barang sejenis. Para ilmuan membuat klasifikasi
ilmu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman dan
ilmu-ilmu humaniora.
Manusia primitif mengelompokkan
binatang menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan antara
tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.
Pengelompokan barang-barang ini tidak
lain agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan
sulitnya mencari judul buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu
saja tanpa dibuat klasifikasinya.
Dalam makalah ini akan dibahas dua
macam cara membuat klasifikasi, pertama Pembagian dan kedua Penggolongan
BAB
II
Pembagian (Logical Division)
adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Definisi yang telah
kita pelajari membahas pengertian kata sedangkan pembagian membicarakan
denotasinya. Jika definisi merupakan analisis konotasi, maka pembagian
merupakan analisis denotasi. Jadi pembagian merupakan penjelasan yang lebih
lengkap mengenai suatu genera kepada spesianya.[1]
Analisis sebagai bagian dari
berpikir dan menalar merupakan proses mengurai sesuatu menjadi pelbagai unsur
yang terpisah untuk mengetahui sifat, bentuk, isi, hubungan dan peran
masing-masing. Proses mengurai yang demikian disebut pembagian. Jelasnya
pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan keseluruhan secara berbeda ke
dalam bagian-bagian.[2]
Kita telah mengetahui tentang
jenis (genera) dan spesia (kelas, nau’) sekadarnya. Telah disebut
bahwa manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang. Perlu kita pahami bahwa
pembagian logika atas jenis dan pesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia
adalah spesia bila dilihat dari jurusan binatang; tetapi bila dilihat dari ras
bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. Ras adalah spesia, tetapi bila dilihat
dari suku-suku bangsa yang tercakup di dalamnya, maka ia menjadi jenis.
Demikian juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku
bangsa yang dicakupinya maka ia menjadi jenis. Jenis spesia yang kita kehendaki
tergantung daripada keluasan klasifikasi yang hendak kita buat. Bila kita
datang di perpustakaan akan terlihat di sana klasifikasi buku-buku menjadi:
karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, seni,
sastra dan sejarah. Di sini subyek-subyek tersebut diperlakukan sebagai jenis.
Tetapi apabila kita menanyakan kepada seorang pustakawan apa saja jenis
koleksinya, ia akan menjawab, buku, surat kabar, selebaran, jurnal, peta, film,
microfilm, maka bukudi sini diperlakukan sebagai spesia.[3]
1.
Pembagian
dapat dibedakan menjadi:
a.
Pembagian
fisik, adalah pembagian individu ke
dalam bagian-bagian yang menyusunnya. Pembagian demikian disebut pula pembagian
realis. Contoh: Air dibagi atas dua hydrogen dan satu oksigen (H2O). Rumah
dibagi atas, dasar, dinding, dan atap.
b.
Pembagian
metafisik, adalah pembelahan individu
atau kelas ke dalam sifat-sifat yang menyertainya. Misalnya pembagian atas
dasar perbedaan warna, bentuk, dan kualitasnya. Contoh: kursi dibagi atas
warnanya, bentuknya, kekuatan pemakaiannya dan lain-lain.
c.
Pembagian
logis, adalah pembagian himpunan
atau kelas ke dalam sub himpunan atau sub kelas. Atau pembagian genus de dalam
spesies dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Atau pembagian kelas
yang lebih tinggi ke dalam kelas-kelas yang lebih rendah. Ia bukan pembagian
kelas ke dalam sifat-sifatnya, juga bukan pembagian individu ke dalam
bagian-bagian yang membentuk perwujudannya.
Dikotomi
diambil dari bahasa latin dichotomia yaitu pembagian secara dua-dua,
berpasangan. Dalam bahasa arab disebut Sunaiyyah. Pembagian dikotomi
adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupinya dengan cara
mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ada dan tidak adanya
kualitas tertentu.
Metode
ini masih dianggap berguna sebagai suatu cara membuat klasifikasi. Suatu ketika
kita membuat kelompok buku atas subyek pembahasannya; manakala pembagian lebih
lanjut tidak mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam kelompok ‘aneka ragam’
sebagai kelompok yang tidak diketahui. Jadi dalam hal ini sadar atau tidak kita
telah membuat pembagian sacara dikotomik.[4]
Agar
didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan
berikut:
1.
Pembagian harus didasarkan
atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya membuka
perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi
bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat
generanya, yakni jumlah sisi yang membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian
berikut:
Segi
tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi),
(empat sisi), (lima sisi), (enam sisi)
2.
Setiap pembagian harus
berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar
akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip
tidak karuan). Contoh dari overlap adalah membagi manusia menjadi:
manusia berkulit putih, manusia aria, manusia asia, manusia penyabar. Di sini
terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras , regional, dan
sifat dari manusia.
3.
Pembagian harus lengkap,
yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. Ini
memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia dan genera.
Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok
barang-barang.[5]
4.
Pembagian harus dilakukan
dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat. Pembagian wilayah waktu
Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian tengah dan Waktu
Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat kemudian tengah.
Cara melakukan Pembagian:
Dari
pengertian pembagian dan hukum-hukum pembagian diatas maka dapatlah diambil
langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut:
- Memikirkan pola pendekatan atau sudut pandang atau sistem pembagian yang diinginkan.
- Mencari dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola pembagian yang banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu, lalu bagilah. Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan seterusnya.
- Memikirkan luas pengertian dan seluruh anggota yang masuk dalam himpunan yang akan dibagi. Dan pastikan bahan kita telah menjangkau luas pengertian maupun anggotanya.
- Menetapkan sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu sub dengan sub-sub lainnya.
- Memasukkan setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai cirri-ciri khas yang dimiliki. Dan pastikan bahwa tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan tidak ada satu anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua subkelompok atau lebih.[6]
Jika dalam pembagian kita menguraikan denotasi
suatu genera maka dalam penggolongan kita mencoba mengatur barang-barang dalam
kelompok spesia. Jadi antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah
bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada
spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas dari
individu-individu menuju spesianya. Pengelompokan barang-barang atas golongan
tertentu, didasarkan atas persamaan atribut dan pembedaannya. Barang-barang
yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama dan
barang-barang yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok pertama
digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.
Penggolongan kebalikan dari pembagian. Pembagian
bergerak menurun ke dalam bagian-bagian yang semakin kecil dan sempit sampai
tercapai bagian yang paling kecil, paling bawah dan paling sempit (gerak
deduktif). Penggolongan bergerak dari realitas (barang, kejadian, dan perilaku)
yang beraneka ragam kea rah keseluruhan secara sistematis (gerak induktif).
Kita menghadapi barang-barang seperti: melati,
besi, kenangan, mawar, timah, emas, cempaka, pacar sore, tembaga dan platina.
Melati, kenanga, mawar, cempaka dan pacar sore mempunyai persamaan-persamaan
yang sangat menonjol sehingga dapat kita kelompokkan dalam golongan ‘bunga’.
Besi, timah, emas, tembaga dan platina tidak bisa dikelompokkan dalam golongan
bunga, tetapi kesemuanya mempunyai cirri yang sama sehingga kita masukkan dalam
golongan ‘logam’.
Jadi dengan kemiripan dasar yang dimiliki oleh
individu barang-barang itulah penggolongan dilaksanakan. Pengetahuan kita tidak
lain adalah penggolongan barang-barang atas golongan tertentu. Jika indera kita
menangkap suatu obyek, yang mula-mula kita lakukan adalah berusaha menemukan
jenisnya (generanya), kemudian membandingkan dengan barang lain yang tercakup
dalam jenis itu. Jika kita tidak dapat menemukan ke dalam jenis yang kita
kenal, maka kita dalam keadaaan bimbang, artinya kita tidak bisa memberikan
identifikasi barang tersebut.
Ada
dua macam penggolongan:
1.
Penggolongan
kodrati atau alam (penggolongan natural). Penggolongan alam adalah
penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita, seperti penggolongan melalui
mawar, kenanga, dan pacar sore ke dalam bunga.
2.
Penggolongan
buatan (penggolongan artificial). Penggolongan buatan adalah
penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. Dikatakan ‘buatan’ karena
penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. Contoh dari
penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku dalam
perpustakaan, pengelompokan barang-barang di toko. Pengologan ini bertujuan
untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin.
Penggolongan,
baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi
dalam arti sempit.[7]
BAB III
Setelah pemaparan makalah diatas maka
dapat disimpulkan:
- Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Jelasnya pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan keseluruhan secara berbeda ke dalam bagian-bagian.
- Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupinya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ada dan tidak adanya kualitas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Syiniti, Muhammad Fatkhis. 1970. Ususul-Mantiqi
wa Manhajul- ‘Ilmi, Bairut: Darun-Nahdatil ‘Arabiyyah,
Mundiri. 1998. Logika. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Anwar, Wajiz.
1969. Logika I, “Bagian Pengantar”. Yogyakarta: Yayasan Al-Djami’ah.
http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1 diakses
pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52
[1] Muhammad Fatkhis Syiniti, Ususul-Mantiqi wa Manhajul- ‘Ilmi, (Bairut:
Darun-Nahdatil ‘Arabiyyah, 1970), hal. 67.
[2] http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1
diakses pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52
[3] Mundiri, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),
hal. 38.
[4] Wajiz Anwar, Logika I, “Bagian Pengantar”, (Yogyakarta:
Yayasan Al-Djami’ah, 1969), hal. 46.
[5] Mundiri, Op.Cit., hal. 38-39.
[6] http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1
diakses pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52
[7] Mundiri, Op.Cit., hal. 46-47.