Monday, November 12, 2012

Makalah Dikotomi (Taqsim)



BAB I
PENDAHULUAN

         Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya. Dalam kehidupan sehari-hari pekerjaan mengelompokkan semacam itu sangat sering kita lakukan. Misalnya para penjual buah-buahan menyusun dagangannya dengan beberapa cara, berdasarkan macam buah yang dijual, berdasarkan harganya, dan mungkin pula berdasarkan besar kecilnya buah-buahan itu. Pemilik toko menyusun barang-barang yang dijajakkan berdasarkan barang sejenis. Para ilmuan membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu humaniora.
         Manusia primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.
         Pengelompokan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan sulitnya mencari judul buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tanpa dibuat klasifikasinya.
         Dalam makalah ini akan dibahas dua macam cara membuat klasifikasi, pertama Pembagian dan kedua Penggolongan

 BAB II

                   Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Definisi yang telah kita pelajari membahas pengertian kata sedangkan pembagian membicarakan denotasinya. Jika definisi merupakan analisis konotasi, maka pembagian merupakan analisis denotasi. Jadi pembagian merupakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada spesianya.[1]
                   Analisis sebagai bagian dari berpikir dan menalar merupakan proses mengurai sesuatu menjadi pelbagai unsur yang terpisah untuk mengetahui sifat, bentuk, isi, hubungan dan peran masing-masing. Proses mengurai yang demikian disebut pembagian. Jelasnya pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan keseluruhan secara berbeda ke dalam bagian-bagian.[2]
                   Kita telah mengetahui tentang jenis (genera) dan spesia (kelas, nau’) sekadarnya. Telah disebut bahwa manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang. Perlu kita pahami bahwa pembagian logika atas jenis dan pesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia adalah spesia bila dilihat dari jurusan binatang; tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. Ras adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang tercakup di dalamnya, maka ia menjadi jenis. Demikian juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupinya maka ia menjadi jenis. Jenis spesia yang kita kehendaki tergantung daripada keluasan klasifikasi yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan akan terlihat di sana klasifikasi buku-buku menjadi: karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, seni, sastra dan sejarah. Di sini subyek-subyek tersebut diperlakukan sebagai jenis. Tetapi apabila kita menanyakan kepada seorang pustakawan apa saja jenis koleksinya, ia akan menjawab, buku, surat kabar, selebaran, jurnal, peta, film, microfilm, maka bukudi sini diperlakukan sebagai spesia.[3]
1.    Pembagian dapat dibedakan menjadi:
a.     Pembagian fisik, adalah pembagian individu ke dalam bagian-bagian yang menyusunnya. Pembagian demikian disebut pula pembagian realis. Contoh: Air dibagi atas dua hydrogen dan satu oksigen (H2O). Rumah dibagi atas, dasar, dinding, dan atap.
b.     Pembagian metafisik, adalah pembelahan individu atau kelas ke dalam sifat-sifat yang menyertainya. Misalnya pembagian atas dasar perbedaan warna, bentuk, dan kualitasnya. Contoh: kursi dibagi atas warnanya, bentuknya, kekuatan pemakaiannya dan lain-lain.
c.     Pembagian logis, adalah pembagian himpunan atau kelas ke dalam sub himpunan atau sub kelas. Atau pembagian genus de dalam spesies dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Atau pembagian kelas yang lebih tinggi ke dalam kelas-kelas yang lebih rendah. Ia bukan pembagian kelas ke dalam sifat-sifatnya, juga bukan pembagian individu ke dalam bagian-bagian yang membentuk perwujudannya.

B.    Pembagian Dikotomi

         Dikotomi diambil dari bahasa latin dichotomia yaitu pembagian secara dua-dua, berpasangan. Dalam bahasa arab disebut Sunaiyyah. Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupinya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ada dan tidak adanya kualitas tertentu.
         Metode ini masih dianggap berguna sebagai suatu cara membuat klasifikasi. Suatu ketika kita membuat kelompok buku atas subyek pembahasannya; manakala pembagian lebih lanjut tidak mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam kelompok ‘aneka ragam’ sebagai kelompok yang tidak diketahui. Jadi dalam hal ini sadar atau tidak kita telah membuat pembagian sacara dikotomik.[4]
         Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan berikut:
1.    Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya membuka perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah sisi yang membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian berikut:
Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi)
2.    Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip tidak karuan). Contoh dari overlap adalah membagi manusia menjadi: manusia berkulit putih, manusia aria, manusia asia, manusia penyabar. Di sini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras , regional, dan sifat dari manusia.
3.    Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia dan genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.[5]
4.    Pembagian harus dilakukan dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat. Pembagian wilayah waktu Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian tengah dan Waktu Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat kemudian tengah.

         Cara melakukan Pembagian:
Dari pengertian pembagian dan hukum-hukum pembagian diatas maka dapatlah diambil langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut:

  1. Memikirkan pola pendekatan atau sudut pandang atau sistem pembagian yang diinginkan.
  2. Mencari dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola pembagian yang banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu, lalu bagilah. Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan seterusnya.
  3. Memikirkan luas pengertian dan seluruh anggota yang masuk dalam himpunan yang akan dibagi. Dan pastikan bahan kita telah menjangkau luas pengertian maupun anggotanya.
  4. Menetapkan sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu sub dengan sub-sub lainnya.
  5. Memasukkan setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai cirri-ciri khas yang dimiliki. Dan pastikan bahwa tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan tidak ada satu anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua subkelompok atau lebih.[6]

C.   Penggolongan
                   Jika dalam pembagian kita menguraikan denotasi suatu genera maka dalam penggolongan kita mencoba mengatur barang-barang dalam kelompok spesia. Jadi antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas dari individu-individu menuju spesianya. Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persamaan atribut dan pembedaannya. Barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.
                   Penggolongan kebalikan dari pembagian. Pembagian bergerak menurun ke dalam bagian-bagian yang semakin kecil dan sempit sampai tercapai bagian yang paling kecil, paling bawah dan paling sempit (gerak deduktif). Penggolongan bergerak dari realitas (barang, kejadian, dan perilaku) yang beraneka ragam kea rah keseluruhan secara sistematis (gerak induktif).
                   Kita menghadapi barang-barang seperti: melati, besi, kenangan, mawar, timah, emas, cempaka, pacar sore, tembaga dan platina. Melati, kenanga, mawar, cempaka dan pacar sore mempunyai persamaan-persamaan yang sangat menonjol sehingga dapat kita kelompokkan dalam golongan ‘bunga’. Besi, timah, emas, tembaga dan platina tidak bisa dikelompokkan dalam golongan bunga, tetapi kesemuanya mempunyai cirri yang sama sehingga kita masukkan dalam golongan ‘logam’.
                   Jadi dengan kemiripan dasar yang dimiliki oleh individu barang-barang itulah penggolongan dilaksanakan. Pengetahuan kita tidak lain adalah penggolongan barang-barang atas golongan tertentu. Jika indera kita menangkap suatu obyek, yang mula-mula kita lakukan adalah berusaha menemukan jenisnya (generanya), kemudian membandingkan dengan barang lain yang tercakup dalam jenis itu. Jika kita tidak dapat menemukan ke dalam jenis yang kita kenal, maka kita dalam keadaaan bimbang, artinya kita tidak bisa memberikan identifikasi barang tersebut.
                   Ada dua macam penggolongan:
1.    Penggolongan kodrati atau alam (penggolongan natural). Penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita, seperti penggolongan melalui mawar, kenanga, dan pacar sore ke dalam bunga.
2.    Penggolongan buatan (penggolongan artificial). Penggolongan buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. Dikatakan ‘buatan’ karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. Contoh dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokan barang-barang di toko. Pengologan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin.
Penggolongan, baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.[7]
                       
BAB III
PENUTUP
         Setelah pemaparan makalah diatas maka dapat disimpulkan:

  1. Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Jelasnya pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan keseluruhan secara berbeda ke dalam bagian-bagian.
  2. Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupinya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ada dan tidak adanya kualitas tertentu.


 DAFTAR PUSTAKA

Syiniti, Muhammad Fatkhis. 1970. Ususul-Mantiqi wa Manhajul- ‘Ilmi, Bairut: Darun-Nahdatil ‘Arabiyyah,
Mundiri. 1998. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anwar, Wajiz. 1969. Logika I, “Bagian Pengantar”. Yogyakarta: Yayasan Al-Djami’ah.
http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1 diakses pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52



[1] Muhammad Fatkhis Syiniti, Ususul-Mantiqi wa Manhajul- ‘Ilmi, (Bairut: Darun-Nahdatil ‘Arabiyyah, 1970), hal. 67.
[2] http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1 diakses pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52
[3] Mundiri, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 38.
[4] Wajiz Anwar, Logika I, “Bagian Pengantar”, (Yogyakarta: Yayasan Al-Djami’ah, 1969), hal. 46.
[5] Mundiri, Op.Cit., hal. 38-39.
[6] http://blog.fitk-uinjkt.ac.id/khalimi/kategori/ilmu-logika-mantik/1 diakses pada hari kamis 1 Maret 2012 at 8:52
[7] Mundiri, Op.Cit., hal. 46-47.