PENDAHULUAN
Studi tentang perbandingan pendididkan di setiap negara
menjadi tema yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Pendidikan memeiliki
peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu masyarakat. Melalui
pendidikan, suatu bangsa dapat mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat
dan bangsa yang maju. Karena melalui pendidikan akan dapat dikembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
yang ingin dikembangkan.
Pendidikan disetiap negara berbeda-beda, baik dalam
kurikulumnya, dalam pelaksanaannya ataupun dalam hal-hal lainnya. setiap negara
mempunyai sistem pendidikan masing-masing. Dengan mempelajari perbandingan
pendidikan disetiap negara bisa memberikan banyak pengetahuan mengenai
pendidikan mana yang baik dan dapat dijadikan sebagai acuan.
Misalnya saja, berbicara mengenai kehidupan sosial remaja
Jerman yang sebagian adalah siswa atau mahasiswa, terdapat perbedaan yang cukup
besar dengan kehidupan remaja di Amerika Serikat. Jerman dikenal dengan
siswa-siswinya yang rapi, bersih, teratur dan disiplin, dan tugas-tugas sekolah
hampir selalu didesain dalam bentuk kelompok, bukan dalam bentuk berpasangan.
Remaja Jerman tidak lazim bekerja sambil sekolah dan cenderung menunda dulu
hubungan muda mudi yang terlalu akrab. Ini semua menunjukkan bahwa masyarakat
Jerman pada umumnya memprioritaskan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, pemakalah akan menjelaskan lebih
lanjut potret pendidikan di Jerman yang di dalamnya nanti akan dijelaskan
mengenai sejarah negara Jerman, jenis dan struktur pendidikan dan lainnya
mengenai hal-hal yang terkait dengan pendidikan di negara tersebut.
PEMBAHASAN
POTRET SISTEM
PENDIDIKAN DI NEGARA JERMAN
1.
Latar Belakang
Secara geografis, Jerman terletak di
tengah-tengah benua Eropa dengan luas daerah 356,957 km2. Jerman
berpenduduk 82 juta lebih dan kira-kira 8% diantaranya bukan berkabangsaan
Jerman. Warga negara asing ini mulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun
1950-an ketika negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja
tangan. Jumlah yang paling banyak adalah orang Turki, baik yang lahir di Jerman
atau keturunan Turki. Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi karena
perang, karena tekanan ekonomi di negaranya masing-masing. Jenis imigran ketiga
adalah dari etnis Jerman sendiri (walaupun semuanya tidak berbahasa
Jerman)berbeda dengan jenis imigran lain, mereka dapat dengan segera meminta
kewarganegaraanya sewaktu masuk ke Jerman. Oleh karena kesulitan bahasa, baik
imigran yang sudah lama menetap di Jerman apalagi mereka yang baru datang, maka
hal ini merupakan tantangan bagi sistem pendidikan di Jerman. Sangat sukar
memberikan kesempatan yang sama memberikan pendidikan kepada anak-anak imigran.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengejar anak-anak dari kelompok minoritas ini
dengan menggunakan bahasa-ibu mereka sendiri. Namun demikian, bahasa Jerman
merupakan bahasa yang dominan dengan berbagai variasi dialek daerah.
Jerman bukan negara yang kaya dengan
sumber alam, dan juga bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan produksi
pertanian sendiri. Oleh sebab itu Jerman banyak tergantung pada barang-barang
impor dari pada barang ekspornya. Pada umumnya perdangan Jerman sangat positif,
dan investasi Jerman di luar negeri melebihi investasi asing di dalam negeri.
Tetapi sebagai akibat dari upah serta ongkos produksi yang tinggi sesuai
ketentuan sistem sekuriti sosial, posisis Jerman sebagai negara ekspor tangguh
mendapat tantangan dalam perdagangan internasional. Ini jelas membawa dampak
bagi pendidikan. Penelitian dan pengembangan serta pabrik-pabrik.[1]
Secara historis bangsa Jerman memiliki
sejarah amat panjang dan unik dengan kehidupan masyarakatnya yang unik pula.
Kehidupan bangsa Jerman dimulai dari yang amat primitif, kemudian berkembang
menjadi bentuk negara-negara kecil di daerah pengaruk kerajaan Romawi sampai
tahun 1809. Setelah itu Jerman berada dalam kekuasaan Napoleon sampai awal abad
19 dan berlanjut menjadi negara Prusia yaitu tahun 1824-1871, Republik Weimar
1919-1033, Era Nazi 1933-1945, kemidian setelah kalah perang dunia dua, Jermn
terpecah menjadi dua negara yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur (1945-1989)
keduanya dapat bersatu setelah dirobohkannya tembok pembatas yang memisahkan
keduanya yang dikenal dengan “Tembok Berlin”. Oleh karenanya sejak tahun 1989
sampai sekaranh Jerman bersatu menadi bentuk negara Federal dengan nama epublik
Federal Jerman.[2]
2.
Politik dana Tujuan
Pendidikan
Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman
berasal dari dua sumber, gereja dan negara. Pengumuman resmi mengenai wajib
belajar pada beberapa daerah semenjak akhir abad ke- 17 dapat dianggap sebagai
penenda resmi bahwa masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara. Semenjak
itu pengaruh gereja secara umum berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat
itu terletak terutama pada kekuatan politik-para guru, orang tua, siswa/
mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk menentukan keadaan
pendidikan, serta perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan.[3]
3.
Struktur dan Jenis
Pendidikan
·
Pendidikan Dasar, Menengah dan Perguruan
Tinggi
Jerman hanya memiliki dua jenjang
pendidikan, Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
Jenjang pendidikan pra perguruan tinggi
di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan di
Indonexia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa diselesaikan hanya dalam waktu
12 tahun). Pendidikan sekolah dasar (Grundschule)
diberikan dari kelas 1-6, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk
memilih melanjutkan ke Gymnasium,
Realschule atau Berufscule.
Gymnasium diperuntukkan bagi
siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang
perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7-13, dan setelah
mereka lulus diberi ijazah yang dikenal sebagai “Abitur”. Jadi sebelum masuk ke
perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah
selama 13 tahun. Berufscule
diperuntukkan bagi siwa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja
dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap bagus,
siswa dari Realschule bisa meneruskan
ke Gymnasium untuk mendapatkan Abitur,
atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja.
Setelah mendapatkan Abitur, siswa lagsung
busa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Berbeda dengan calon mahasiswa di
Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis (UMPTN), disini calon siswa sama
sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi. Calon mahasiswa tinggal mengirimkan
berkas lamarannya, dan universitas akan langsung memutuskan bedasarkan nilai
Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena pendidikan di seluruh jerman, baik
pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi memiliki kualitas yang bisa dikatakan
sama.
Untuk menjamin kualitas yang merat di
semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke sekolah terdekat yang telah ditunjuk
oleh pemerintah (bila memilih untuk belajr di sekolah selain yang telah
ditunjuk, maka orang tuanya harus mengajukan permintaan khusus disertai dengan
alasan-alasannya). Sebaliknya, pemerintah pun menyediakan guru-guru dan
fasilitas pendidikan yang merata di semua sekolah, baik di kota besar maupun di
pelosok yang jauh dari kota.[4]
Secara umum, sekolah-sekolah Jerman hanya
menyelenggarakan pendidikan 5 hari perminggu. Hari senin sampai jumat parasiswa
masuk sekolah, sedangkan hari sabtu dan minggu mereka belajar di rumah bersama
orang tua atau teman sebaya dalam rangka mengerjakan tugas-tugas sekolah dan
belajar pendalaman.[5]
Ada dua jenis pendidikan tinggi di
Jerman, yaitu Universitas (Universit selanjutnya disingkat UNI) dan
Fachhochschule (Applied University, selanjutnya disingkat FH).
Perbedaan antara UNI dan FH diantaranya
bisa disebutkan sebagai berikut :
a. Materi Perkuliahan, UNI lebih menekankan
ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Komposisi antara teori dan praktek di UNI berkisar 60:40.
Sebaliknya FH (sesuai dengan namanya) lebih menitik beratkan ke aapaek terapan
dengan komposisi teori dan terapan 40:60.
b.
Jadwal Perkuliahan. Jadwal perkuliahan
di UNI adlah Okt-Maret untuk musim dingin (Winter Semester) dan April-September
untuk musim panas (Summer Semester). Sebaliknya untuk FH perkuliahan dimulai
lebih dini, yaitu Agustus untuk musim dingin (WS) dan Februari-Juli untuk musim
panas (SS)
c. Waktu Melamar. Karena perbedaan
waktu kuliah sebagaimana disebutkan, maka jadwal untuk proses seleksi pun
berbeda. Pendaftaran di FH ditutup lebih cepat debandingkan dengan UNI.
Program-program Pendidikan
yang Ditawarkan
a.
Program Klasik
Berbeda dengan di Indonesia dan sistem 3
jenjang (Sarjana-Magister-Doktor), sampai saat ini Jerman masih menganut
pendidikan tinggi dengan dua jenjang yaitu Diplom (Dipl.) dan Doktor (Dr).
Dalam jenjang Diplom ini, pada
tahun-tahun pertama mahasiswa diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah
dasar (dikenal dengan nama Grundstudium). Setelah menyelesaikan semua mata
kuliah di Grunsdstadium mahasiswa diberi sertifikat Vordiplom akan tetapi sertifikat
ini bukanlah gelar kesarjanaan. Untuk menyelesaikan Vordiplom, mahasiswa
memerlukan waktu sekitar 2,5 tahun. Setelah mendapatkan Vordipolm, barulah
mahasiswa diizinkan mengambil mata kuliah keahlian pada level yang lebih tinggi
(dikenel dengan nama Haupstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah
Haupstudium, barulah mahasiswa diizinkan menulis tugas akhir (dikenal dengan
nama Diplomarbeit) sebagai syarat kelulusan Diplomjadi Diplom adalah gelar
resmi pertama yang diperilah setelah seseorang menyelesaikan studinya di UNI
atau FH.
Antara Diplom UNI dan diplom FH memiliki
perbedaan-perbedaan, disantaranya :
Ø Diplom FH bisa
diselesaikan dalam waktu 4,5 tahun sedangkan Diplom UNI baru bisa diselesaikan
dalam waktu 5 tahun.
Ø Diplom FH memiliki
muatan terapan yang lebih besar (60% perkuliahan) dibandungkan dengan Diplom
UNI (40% perkuliahan).
Ø Diplom FH tidak
dirancang untuk ke jenjang Doktor. Apabila pemegang Diplom UNI ingin
melenjutkan ke program Doktor, maka yang
bersangkutan harus mengikuti proses persamaan terlebih dahulu. Dalam fase ini
kepadanya diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah pada level Haupstadium.
Bisa juga ia mengikuti program Master terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke
program Doktor. Sebaliknya pemilik gelar Diplom UNI bisa langsung melanjutkan
studi ke jenjang Doktor.
b.
Program Baru
Bersdasarkan kesepakatan Bologna tahun
1999, semua negara EU bersepakat untuk menyelesaikan sistem pendidikan antara
satu dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal ini perlu dilakukan karena
kesepakatan MAAstricht tahun 1992 menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui
kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga
profesi di negara-negara EU lainnya.
Dari kesepakatan Bologna 1999 tersebut,
salah satu isinya adalah semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan
tingginya menjadi tiga jenjang Bachelor-Master-Doktor. Disepakati pula bahwa
Bachelor (dengan waktu tempuh 3-4 tahun) adalah gelar kesarjanaan pertama yang
diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap
memasuki dunia kerja. Program pendidikan Master adalah pendidikan lanjutan
setelah Bachelor dan diberikan selama 2 tahun.
Berdasarkan kesepakatan Bologna tersebut,
UNI dan FH di Jerman telah mulai mengkonversi sistem lamanya Diplom-Doktor ke
sistem baru Bachelor-Mater-Doktor. Oleh karenya tidak mengherankan jika saat
ini telah ada jenjang Bachelor-Master dihampir semua UNI dan FH. Paling lambat
tahun 2010 semua UNI dan FH di Jerman harus sudah mengadopsi sistem
Bachelor-Master-Doktor seratus persen. Di Feie Universitat Berlin dan Humboldt
Universitat zu Berlin bahkan sistem ini sudah akan diadopsi penuh paling lambat
tahun 2007.
·
Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan Pra sekolah ini meleyani
anak-anak usia dini dan guru-gurnya disiapkan melalui pendidikan kejuruan
khusus. Pendidikan di Jerman dimulai dari taman kanak-kanak (Kindergarten
Education) astu vorschulklassen yang sifatnya suka rela. Secara opsional
Kindergarten disediakan untuk anak-anak yang berumur antara 4-6 tahun.
Kindergarten berisi kegiatan yang berkenaan dengan persiapan untuk memasuki ke
sekolah dasar (Grundschule).
·
Pendidikan khusus
Khusus bai anak-anakberkebutuhan khusus,
pemerintah Jerman menyediakan sekolah bagi mereka. Sekolah untuk anak-anak yang
berkebutuhan khusus tersebut bernama Fondescule
atau Sonderschule. Ada 3 jenis
sekolah khusus di Jerman, yaitu:
1) Sonderschule for Lembehinderte- sekolah
khusus yang melayani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
2) Schule mit dem Forderschwerpurki Geistige
Entwicklung-sekolah khusus yang melayani anak-anak yang mengalami banyak
kesulitan sagat berat terutama anak-anak yang mengalami tuna fisik seperti
cacat dan sebGiny.
3) Forderschule Schwerpurkunkt Emitional
Soziale Entwincklung-sekolah khusus yang melayani anak-anak yang mempunyai
kebutuhan emosional khusus atau tuna mental.
·
Pendidikan Vokasional Tenik, Bisnis
Wajib belajar tidak terbatas pada
pendidikan umum saja. Anak-anak yang tamat dengan ijazah pendidikan umum
tingkat Haupschule atau Realschule dan bahkan yang tidak mendapatkan
ijazah setelah belajar 9 tahun, harus masuk pendidikan yang secara resmi diakui
sebagai persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan, dan program ini bisa diikuti
secara paruh waktu atau purna waktu.
·
Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan
Non Formal
Adapun pendidikan bagi penduduk dewasa
yang ingin bersekolah tetapi tidak bisa mengikuti pelajaran seperti di
Realsschule sehingga dapat menyelesaikannya dengan mengikuti ujian dengan nama Realschulabschluss atau Abitur, maka
mereka dapat memilih mengikuti sekolah di Abengymnasyum
atau Abendreadschule yang merupak
sekolah malam usia mereka bekerja. Sekolah ini memang diperuntukkan bagi orang
dewasa yang setiap hari bekerja sehingga hampir tidak ada kesempatan dan waktu
untuk hadir di sekolah pada waktu siang hari.[6]
Pendidikan bagi orang dewasa (Adult
Education) di Jerman dikelompokkan dalam tiga kategori : umum, vokasional
(termasuk teknik dan keuangan) dan politik. Undang-undang Federal pada tahun
1972, mendorong partisipasi masyarakat dalam program pendidikan orang dewasa
dengan memberi bantuan keuangan serta tambahan hari libur (bagi yang bekerja)
asalkan mereka mau mengikuti pelajaran vokasional. Kebijakan ini diambil karena
kenyataan menunjukkan bahwa dalam keadaan perubahan sosial orang harus memperbaharui
dan meningkatkan kualifikasinya sehingga sesuai dengan tuntutan zaman dan
perkembangan masyarakat.
Program pendidikan orang dewasa ini
didominasi penyelenggaraannya oleh Volkschochchulen,
biasanya didukung oleh masyarakat setempat, walaupun sekolah ini mungkin
terdaftar sebagai orgsnisasi nirlaba.[7]
4.
Manajemen Pendidikan
a.
Otorita
Oleh karena konstitusi federal telah
menetapkan kewenangan Lender atas
pendidikan, maka beberapa Lender membuat beberapa ketentuan dalam konstitusi
mereka masing-masing mengenainperaturan masalah-masalah pendidikan, dan
seluruhnya melalui proses legislative. Peraturan itu mencakup petetapan tujuan
pendidikan, struktur, isi pelajaran, dan prosedur dalam sistem daerah mereka
masing-masing. Dalam negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada
level kementrian kabinet yang sering disebut kementrian kebudayaan (Kultusministerum). Pada negara-negara
bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh
kementrian negara bagian, tetapi melalui badan administratif regional yang
merupak bagian dari badan ekskutif tanpa pasangan atau counterpart langsung
dari pihak legislatif atau DPR. Masyarakat setempat biasanya juga punya
tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang diperlukan dan adakalanya juga
terlibat dalam pengangkatan staf.
b.
Pendanaan
Dengan pengecualian pendidikan tinggi,
keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan lender dan masyarakat setempat.
Secara umum seluruh biaya personil ditanggung oleh pemerintah negara bagian, dan
infrastruktur oleh masyarakat. Tanggung jawab pemerintah federal untuk
pendidikan tinggi, pengadaan penelitian serta peralatan pengajaran, dan secara
umum memberi dukungan terhadap kegiatan penelitian. Sementara hampir semua
program pendidikan (termasuk pembebasan uang kuliah pada pendidikan tinggi)
bersifat gratis. Pemerintah federal juga memberikan bantuan uang kepada
sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi. Sebagian dari
bantuan itu adalah pinjaman. Oleh karena sekolah-sekolah swasta ada yang kecil (misalnya
yang diselenggarakan oleh gereja), banyak diantaranya yang menerima bantuan
dari anggaran pemerintah dengan jumlah yang cukup besar (kira-kira 90% dari
biaya operaional sekolah). Dan lebih dari itu sekolah-sekolah juga membebaskan
uang sekolah.
c.
Personalia
Biasanya untuk guru-guru spesialis untuk
bidang keuangan yang dididik ditingkat universitas, dengan tekanan utama pada
bidang keahlian dibandingkan dengan bidang keguruan. Staf pengajar untuk
sekolah lain termasuk berbagai bentuk sekolah vokasional dan teknik, mempeoleh
pendidikan di perguruan tinggi lain, dan sering menuntut persyaratan untuk yang
lebih rendah.
d.
Kurikulum
Menteri-menteri pendidikan negara bagian
menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan mereka melakukan itu dengan tiga jenis instrument :
1)
Table yang menguraikan jumlah jam belajar
per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan grade dan jenis sekolah
2)
Pedoman kurikulum
3)
Pemberian wewenang penulisan
pengadaanbuku teks.
Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah, sedangkan
tujuan kurikulum khusus diterbitkan berkaitan dengan pedoman kurikulum, ini
diputuskan oleh kementrian negara bagian.
e.
Ujian, kenaikan kelas, dan sertifikasi
Pendekatan yang digunakan untuj
mengetahui pencapaian murid adalah menyerahkan seluruhnya kepada guru untuk
menyusun tes tertulis sendiri ditambah dengan interaksi lisan murid-guru selama
proses belajar berlangsung. Hasilnya digmbarkan dalam bentuk laporan kemajuan
tertulis atau dalam bentuk nilai. Tidak ada kenaikan kelas secara otomatis,
tetapi kelas mengulang juga hampir tidak bisa dilaksanakan lagi. Semua dokumen
hasil belajar, seperti sertifikat tamat belajar dan diploma yang dicapai di
universitas dan ujian-ujian negara, memilki hukum yang resmi. Dokumen-dokumen
ini saling diakui oleh negara-negara bagian dan memberi hak kepada pemegangnya
untuk memasuki program pendidikan yang lebih tinggi dan juga mengandung
nama-nama profesional termasuk gelar akdemik.
f.
Evaluasi dan penelitian pendidikan
Tidak ada evaluasi nasional yang
dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan. Komponen Jerman dalam
Asosiasi Internasional untuk Penelitian Penilaian Pencapaian Pendidikan dalam
bidang “ Membaca” survey pertama dalam dua decade yang terakhir didasarkan pada
sample probabilitas siswa sedcara nasional. Penelitian ini dilakukan disamping
penelitian-penelitian yang lebih besar dengan bantuan dana pemerintah yang
dilaksanakan oleh negara-negara lain, Jerman belum banyak melakukan penelitian
empiris dalam bidang pendidikan.[8]
PENUTUP
Dewasa ini pendidikan di Jerman secara umum menjadi
tanggung jawab negara. Pengelolaan sistem pendidikan di Jerman ditentukan oleh
negara, sedangkan pemerintah federal hanya memegangperan kecil yaitu keuangan.
Reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur menarik
perhatian banyak pihak. Dibidang pendidikan, bersatuny kembali kedua bagian
Jerman ini berdampak langsung pada sistem pendidikan yang selama ini telah berlaku dalam bentuk yang berbeda
karena bedanya sistem politik,. Jerman Barat melaksanakn sistem yang bersifat
desentralistis, sedangkan jerman Timur lebih bersifat sentralistis.
Reunifikasi secara umum dapat berjalan mulus dan
upaya-upaya adaptasi, perubahan dalan segala aspek kehudupan, sama mendapat
dukungan dari kedua belah pihak, Jerman Barat dan Jerman Timur. Khusus dalam
bidang pendidikan, beberapa hal menjadi catatan, sikap saling memahami antara
kedua belah pihak sangat mendukung proses penyatuan sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif ; Menju ke Arah Perbandingan Antar Negara. Yogyakarta
: Laksbang Mediatama.
Syah
Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan Sistem
Pendidikan 15 Negaara. Bandung : Lubuk Agung.
[1] Agustiar
Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan
15 Negaara, (Bandung : Lubuk Agung, 2001), h. 155-156.
[2] Arif Rohman,
Pendidikan Komparatif ; Menju ke Arah
Perbandingan Antar Negara, (Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2010), h. 124
[3] Agustiar Syah Nur, Op.
Cit., h. 157
[4] http://rideutsch.wordpress.com/2008/06/16/sistem-pendidikan-jerman
[5] Arif Rohman, Op.
Cit., h. 139-141
[6] Agustiar Syah Nur, Op.
Cit., h. 143
[7] Ibid, h. 161
[8] Agutiar Syah Nur, Op.
Cit., h. 165-169
1 comments:
Write commentsHurufnya ga usah yang biru, ga kelihatan. absurd
Reply