Saturday, July 20, 2013

Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak



1.      Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim amat aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan karena akhlak tersarikan dari akidah-akidah dan pancaran dariNya, oleh karena  itu, jika seseorang berakidah dengan benar niscaya akhlaknya akan benar, baik dan lupus. Begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng maka akhlaknyapun akan  tidak benar.
Al Qur’an dan hadist, menjadi dasar dalam pendidikan akhlak, karena keduanya merupakan sistem moral yang  bertitik pada ajaran Islam. Al qur’an mengajarkan umatnya untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk karena al qur’an adalah firman Allah yang kebenarannya mutlak untuk diyakini, sedang hadist merupakan cerminan akhlak mati yang berupa perbuatan, ucapan dan penetapan (taqrir) yang harus diikuti dan diteladani. Firman Allah Q.S Al Ahzab ayat 21:
 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (amat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al Ahzab: 21).[1]
Ayat diatas dinilai adalah teladan yang baik yaitu menjelaskan bahwa  dalam  keteladanan kepribadian secara totalitas yang terdapat dalam diri Rasulullah yang patut diteladani. Berakhlak karimah berarti menjalankan ajaran Islam dengan jalan yang lupus yang terdiri dari iman, Islam, dan ihsan. Berakhlak al karimah berarti memohon bimbingan, taufiq, dan hidayahNya. Agar Allah senantiasa memberi bimbingan taufik dan hidayahnya, maka manusia diberi pedoman berupa al qur’an dan hadist agar tidak keliru dalam menjalaninya.
Hal ini diperkuat dengan hadist Nabi SAW yang mengatakan bahwa pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia dan Rasulullah di utus kedunia hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik.
عَنْ مَا لِكٍ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَ سُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ لاُِ تَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَ خْلاَقِ (رواه احمد)

Dan malik dari Abu  Huraira r.a bahwasannya sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda Aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan akhlak yang baik (H.R Ahmad).[2]

Hadist di atas tidak hanya menjadi ibroh (pengajaran) bagi bangsa arab jahiliyah pada masa pra Islam. Akan tetapi Nabi SAW telah merasakan bahwa statu saat kaumnya akan  lebih buruh akhlaknya dari binatang, maka beliau tidak hanya berucap akan tetapi beliau memberikan contoh melalui tindakan dan perbuatan yang mencerminkan akhlak mulia sebagai uswatun hazanah bagi umatnya.
Melihat pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia zaherí-hari, maka hal ini tidak mengherankan jika semua pakar pendidikan Islam sepakat bahwa terwujudnya akhlak yang baik merupakan salah satu tujuan,  oleh karena itu pendidikan dan pengajaran dalam pandangan ahli pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga membersihkan akhlak dan jiwa dan sifat-sifat tercela. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan tidak hanya mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga harus mengajarkan nilai-nilai keutamaan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat dan membiasakan anak dengan berbagai macam kesopanan serta mempersiapkan mereka untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kesucian dan kejujuran.[3]

2.      Tujuan Pendidikan  akhlak
Al Qur’an menegaskan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membina manusia. Secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya, untuk membangun konsep yang ditentukan Allah. Manusia yang dibina adalah akhlak makhluk yang memiliki unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa), pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, sedang pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan akhlak mulia, dan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan.[4]
Tujuan pendidikan akhlak menurut pendapat beberapa tokoh diantaranya:
1)      Mahmud Yunus
Tujuan pendidikan akhlak yaitu membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, kemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, tutur bahasanya jujur dalam segala perbuatan, suci murni hatinya.[5]
2)      Oemar M. At taumy Asy-Syaibany
Tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.[6]
3)      Athiyah al abrasi
Tujuan dari pendidikan akhlak ialah untuk menjadikan orang-orang yang baik akhlaknya, keras kemauannya, sopan dalam bicara, perbuatan mulia dalam tingkah laku dan perangai bersikap bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas dan suci.[7]
Berdasarkan paparan diatas jelaslah bahwa pokok tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan sempurna, memiliki amal dan tingkah laku yang baik terhadap manusia suka terhadap tuhannya, agar mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.



[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2009), hlm. 336.
[2] Imam Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal Jilid I, (Beirut: Maktabah Islami, 1978), hlm. 132.
[3] Athiyah al abrasy, Education in Islam Tran Ismail Carmini, (Kairo: The Supreme Council For Islamic Affair, 1967), hlm. 11.
[4] Mohlm. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), Cet Ke-1, hlm. 107-108.
[5] Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1996), hlm. 22.
[6] Oemar al taumay al-syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulung dan A.S. Broto, (Jakarta: 1979), hlm. 346.
[7] M. Athiyah Al Abrasi, Ruhut Tarbiyah Wa Ta’lin, (Halab: Darul Ahya al Kutub al Arabiyah), hlm. 39.