1. Dasar Pendidikan
Akhlak
Dasar
pendidikan akhlak bagi seorang muslim amat aqidah yang benar terhadap alam dan
kehidupan karena akhlak tersarikan dari akidah-akidah dan pancaran dariNya,
oleh karena itu, jika seseorang
berakidah dengan benar niscaya akhlaknya akan benar, baik dan lupus. Begitu
pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng maka akhlaknyapun akan tidak benar.
Al Qur’an
dan hadist, menjadi dasar dalam pendidikan akhlak, karena keduanya merupakan
sistem moral yang bertitik pada ajaran
Islam. Al qur’an mengajarkan umatnya untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan
buruk karena al qur’an adalah firman Allah yang kebenarannya mutlak untuk
diyakini, sedang hadist merupakan cerminan akhlak mati yang berupa perbuatan,
ucapan dan penetapan (taqrir) yang harus diikuti dan diteladani. Firman Allah
Q.S Al Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (amat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al
Ahzab: 21).[1]
Ayat diatas
dinilai adalah teladan yang baik yaitu menjelaskan bahwa dalam keteladanan
kepribadian secara totalitas yang terdapat dalam diri Rasulullah yang patut
diteladani. Berakhlak karimah berarti menjalankan ajaran Islam dengan jalan
yang lupus yang terdiri dari iman, Islam, dan ihsan. Berakhlak al karimah
berarti memohon bimbingan, taufiq, dan hidayahNya. Agar Allah senantiasa
memberi bimbingan taufik dan hidayahnya, maka manusia diberi pedoman berupa al
qur’an dan hadist agar tidak keliru dalam menjalaninya.
Hal ini
diperkuat dengan hadist Nabi SAW yang mengatakan bahwa pentingnya akhlak dalam
kehidupan manusia dan Rasulullah di utus kedunia hanya untuk menyempurnakan
akhlak yang baik.
عَنْ مَا لِكٍ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ
اَنَّ رَ سُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ لاُِ تَمِّمَ
مَكَارِمَ اْلأَ خْلاَقِ (رواه احمد)
Dan malik dari Abu Huraira r.a bahwasannya sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda Aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan akhlak yang
baik (H.R Ahmad).[2]
Hadist di
atas tidak hanya menjadi ibroh (pengajaran) bagi bangsa arab jahiliyah pada
masa pra Islam. Akan tetapi Nabi SAW telah merasakan bahwa statu saat kaumnya
akan lebih buruh akhlaknya dari
binatang, maka beliau tidak hanya berucap akan tetapi beliau memberikan contoh
melalui tindakan dan perbuatan yang mencerminkan akhlak mulia sebagai uswatun
hazanah bagi umatnya.
Melihat
pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia zaherí-hari, maka hal ini tidak
mengherankan jika semua pakar pendidikan Islam sepakat bahwa terwujudnya akhlak
yang baik merupakan salah satu tujuan,
oleh karena itu pendidikan dan pengajaran dalam pandangan ahli
pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk memenuhi otak anak dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga membersihkan akhlak dan jiwa dan
sifat-sifat tercela. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan tidak
hanya mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga
harus mengajarkan nilai-nilai keutamaan yang diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat dan membiasakan anak dengan berbagai macam kesopanan serta
mempersiapkan mereka untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kesucian dan
kejujuran.[3]
2. Tujuan
Pendidikan akhlak
Al Qur’an
menegaskan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membina manusia. Secara
pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah
dan khalifahNya, untuk membangun konsep yang ditentukan Allah. Manusia yang
dibina adalah akhlak makhluk yang memiliki unsur material (jasmani) dan
inmaterial (akal dan jiwa), pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, sedang
pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan akhlak mulia, dan pembinaan
jasmaninya menghasilkan ketrampilan.[4]
Tujuan
pendidikan akhlak menurut pendapat beberapa tokoh diantaranya:
1) Mahmud Yunus
Tujuan
pendidikan akhlak yaitu membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi
luhur, bercita-cita tinggi, kemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah
lakunya, tutur bahasanya jujur dalam segala perbuatan, suci murni hatinya.[5]
2)
Oemar M.
At taumy Asy-Syaibany
Tujuan pendidikan akhlak adalah
menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan
menciptakan kebahagiaan, kemajuan kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan
kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.[6]
3) Athiyah al abrasi
Tujuan dari
pendidikan akhlak ialah untuk menjadikan orang-orang yang baik akhlaknya, keras
kemauannya, sopan dalam bicara, perbuatan mulia dalam tingkah laku dan perangai
bersikap bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas dan suci.[7]
Berdasarkan
paparan diatas jelaslah bahwa pokok tujuan pendidikan akhlak adalah untuk
menciptakan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan sempurna, memiliki amal
dan tingkah laku yang baik terhadap manusia suka terhadap tuhannya, agar
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan
Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2009), hlm. 336.
[2] Imam Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin
Hambal Jilid I, (Beirut: Maktabah Islami, 1978), hlm. 132.
[3] Athiyah al abrasy, Education in Islam Tran Ismail Carmini,
(Kairo: The Supreme Council For Islamic Affair, 1967), hlm. 11.
[4] Mohlm. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala
Rasulullah, (Semarang:
Pustaka Rizki
Putra, 2007), Cet Ke-1, hlm. 107-108.
[5] Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya Agung,
1996), hlm. 22.
[6] Oemar al taumay al-syaibani, Falsafah
Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulung dan A.S. Broto,
(Jakarta: 1979), hlm. 346.
[7] M. Athiyah Al Abrasi, Ruhut Tarbiyah Wa
Ta’lin, (Halab: Darul Ahya al Kutub al Arabiyah), hlm. 39.