Tuesday, May 15, 2012

Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

Mereka yang pernah mengenyam pendidikan pesantren kemudian juga belajar di berbagai lembaga pendidikan lainnya baik di dalam maupun luar negeri pada umumnya memandang bahwa pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai lembaga pendidikan Islam khas Indonesia yang dapat dirunut pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam di berbagai belahan dunia.Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa pesantren masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan belum ada lembaga pendidikan yang berhasil melahirkan ulama dari generasi ke generasi dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam dan Pondok Pesantren
     a.        Pengertian Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan, sebagaimana dinyatakan Dr.Ki Hajar Dewantara, dikenal adanya istilah “Tri Pusat Pendidikan”,yaitu tiga lingkungan (lembaga) pendidikan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak didik. Tiga lembaga pendidikan tersebut adalah peendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiga lembaga ini tidak berdiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan, sebab ketiga bentuk lembaga pendidikan ini sebenarnya adalah satu rangkaian dari tahapan-tahapan yang tidak terpisahkan.Demi tercapainya tujuan pendidikan, ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut harus berjalan seiring, terpadu, searah, dan saling melengkapi. Ketiganya sama-sama bertanggung jawab dalam masalah pendidikan generasi muda (anak didik).[1]
Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang menitik beratkan pada  pembahasan–pembahasan seputar dunia keislaman yang mana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam,sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama, dan dalam upaya mencetak Insan Kamil yang berakhlakul karimah.
  1. Pengertian Pondok Pesantren
Pengertian Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran –an, berarti tempat tinggal santri.Soegarda Poebakawatja yang dikutip oleh Haidar putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan penting moral dalam kehidupan masyarakat.
Pondok pesantren secara definitif tak dapat diberikan batasan yang tegas melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.Jadi pondok pesantren belum ada pengertian yang lebih konkrit karena masih meliputi beberapa unsur untuk dapat mengartikan pondok pesantren secara komprehensif. Maka dengan demikian, sesuai arus dinamika zaman definisi serta persepsi terhadap pesantren menjadi berubah pula.Kalau pada tahap awal pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga pendidikan tradisional tetapi saat sekarang pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional tak lagi selama benar.[2]
B. Sejarah Pondok Pesantren
Terus terang,tak banyak referensi yang menjelaskan tentang kapan pondok pesantren pertama berdiri dan bagaimana perkembangannya pada zaman permulaan. Bahkan istilah pondok pesantren, kiai, dan santri masih diperselisihkan.
Menurut Manfred Ziemak, kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana,karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi dengan awalan pe- dan akhiran –an yang berarti menunjukkan tempat,maka artinya adalah “tempat para santri”.Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.Sedangkan menurut Geertz, pengertian pesantren diturunkan dari bahasa india shastri yang berarti ilmuan Hindu yang pandai menulis. Maksudnya, pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis.Geertz menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari pura Hindu.
Terlepas dari itu,karena yang dimaksudkan dengan istilah pesantren dalam pembahasan ini adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam, dan pengembangan Islam di Tanah Air (khususnya di jawa) dimulai dan dibawa oleh Wali Songo, maka model pesantren di pulau jawa juga mulai berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman Wali Songo.[3]

C. Karakteristik Pondok Pesantren
  1. Ruh Pesantren
Ruh adalah semangat dasar. Ia merupakan kualitas pokok yang mendasari seluruh rancangan dan pelaksanaan peran. Ruh pesantren adalah ibadah.Dasarnya adalah ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Quran, hadits, dan ijtihad ulama’ dalam ijma’ dan qiyas. Filosofi pendidikan pesantren didasarkan atas hubungan yang bermakna antara manusia, ciptaan atau makhluk, dan Allah SWT. Hubungan itu baru bermakna jika bermuatkan atau menghasilkan keindahan dan keagungan. Ruh ibadah itu dijalani oleh semua guru dan santri dalam kegiatan mereka mencari ilmu, mengembangkan diri, ikut mengelola urusan operasional, mengembangkan kegiatan bersama santri dan masyarakat,bersiap untuk menerima atau mengajarkan pelajaran, dan memenuhi keharusan pertanggungjawaban kepada para pemegang kepentingan.
Dalam ruh serba ibadah itu terdapat dua bentuk meng-ada (kiyan atau mengeksistensi); yaitu sebagai hamba Allah (‘ibad Allah) dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Sebagai hamba-Nya warga pesantren menekuni jalan pembebasan diri dari belenggu masalahnya; yaitu kebodohan, keterbelakangan, ketidakberdayaan,dan kemelaratan;hingga saatnya tiba kepandaian,kemajuan, keberdayaan,kemakmuran tercapai.Dalam perjalanan pembebasan itu berbagai tilikan dilakukan apa makna tiap-tiap capaian itu bagi statusnya sebagai makhluk yang kelak akan kembali kepada-Nya dan mempertanggungjawabkan semuanya.[4]
  1. Peran Pesantren
Pesantren mengemban beberapa peran,utamanya sebagai lembaga pendidikan.Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya,maka itulah pondok pesantren.Biasanya peran-peran itu tidak langsung terbentuk,melainkan melewati tahap demi tahap.Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan,kepelatihan,dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilannya membangun integral dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya.
a)      Lembaga pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokonya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas.Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat.Disebut dalam arti luas, karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah,sekolah,dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluarnya.Keteraturan pendidikan didalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan penjenjangan kitab.
b)      Lembaga keilmuan
Pola itu membuka peluang bagi pesantren untuk menghadirkan diri juga sebagai lembaga keilmuan.Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren lainnya.Luas sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dilihat dari banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya.
c)      Lembaga pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri; sejak makan, minum, mandi, pengelolaan barang-barang pribadi, sampai keurusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang berpengaruh kepada pembelajarannya, seperti jadwal kunjungan orang tua atau pulang menjenguk keluarga. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya masih dibimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu mengurusnya sendiri; sejak menyusun jadwa, pengadaan buku pelajaran,pembuatan catatan belajar pribadi, sampai merancang kegiatan belajar tambahan di pesantren lain pada waktu-waktu tertentu.[5]
d)     Lembaga bimbingan keagamaan
Tidak jarang pula pesantren ditempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan keagamaan oleh masyarakat pendukungnya.Setidaknya pesantren menjadi tempat bertanya masyarakat dalam hal keagamaan.Mandat pesantren dalam hal ini tampak sama kuatnya dengan mandat pesantren sebagai lembaga pendidikan. Dibeberapa daerah, identifikasi lulusan pesantren kali pertama adalah kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan, kepelatihan, dan pemberdayaan masyarakat.
D. Model-model Pesantren
Meskipun setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penekanan tersendiri, hal itu tidaklah berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar berbeda satu sama lain,sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kait-mengait. Sistem yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain,dan sebaliknya.
Karena itu, sebenarnya amat sulit untuk menentukan dan menggolongkan lembaga –lembaga pesantren kedalam tipologi tertentu, misalnya: pesantren salaf dan khalaf atau pesantren tradisional dan modern.Tidak ada dasar bagi penggolongan tersebut, baik dari segi sistem yang digunakan atau dari model kelembagaannya. Buktinya, sistem pengajian yang diterapkan pada sebuah pesantren “salaf” ternyata juga dipakai di pesantren “modern”. Begitu pula model kelembagaan pesantren modern banyak digunakan di pesantren salaf.
1)      Pesantren Salaf
Menurut Zamakhsyari Dhofier, pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenal pengajaran pengetahuan umum.
Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan weton.Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu,biasanya sesudah shalat fardhu.
2)      Pesantren Khalaf (Pesantren Modern)
Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang  menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti SMP,SMU,dan bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya.
Akan tetapi,tidak berarti pesantren khalaf meninggalkan sistem salaf. Ternyata hampir semua pesantren modern meskipun telah menyelenggarakan sekolah-sekolah umum tetap menggunkan sistem salaf di pondoknya. Misalnya, Pondok pesantren “Bahrul Ulum”,Tambakberas.Pesantren ini menyelenggarakan pendidikan formal yakni dari madrasah al-quran hingga Muallimin-Muallimat,dan dari SMP hingga Universita Bahrul Ulum. Akan tetapi,dilingkungan pondoknya masih menerapkan sistem salaf.Setiap selesai menunaikan shalat wajib,para santri menelaah kitab Nihayatus Zain,Sahih Bukhari,Sahih Muslim,Fathul Wahhab, Fathul Mu’in,Tafsir Munir,dan sebagainya dengan sistem weton atau sorogan.
Dibandingkan dengan pesantren salaf, pesantren khalaf mengantongi satu nilai plus karena lebih lengkap materi pendidikannya yang meliputi pendidikan agama dan umum. Para santri pesantren khalaf diharapkan lebih mampu memahami aspek-aspek keagamaan dan keduniaan agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik dengan kehidupan modern dari pada alumni pesantren salaf.[6]
E. Tujuan dan Metode Pendidikan di Pondok Pesantren
Ø  Tujuan pendidikan di pondok pesantren
Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan program-program  pendidikan yang diselenggarakannya.Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah untuk mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab.sosial.Setiap santri diharapkan menjadi orang yang wise (bijaksana) dalam menyikapi kehidupan ini. Dalam bahasa pesantren,wise bisa dicapai ketika santri menjadi seorang yang alim, shalih, nasyir al-ilm.
  1. Pembentukan akhlak/kepribadian
Berpijak pada hadits Nabi Muhammad SAW إِنَّماَ بُعِثْتُ لِأُتمَّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلَاقِ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”(HR.Ahmad), maka para pengasuh pesantren ,sebagai ulama pewaris para Nabi,terpanggil untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membentuk kepribadian masyarakat melalui santrinya.Para pengasuh pesantren mengharapkan santri-santrinya memiliki integritas kepribadian yang tinggi (shalih).
Kesalihan para santri ini merupakan tujuan yang paling utama dari pesantren.Para kiai sepakat bahwa moralitas seorang santri menduduki ranking teratas mengungguli kompetensi keilmuannya.Pemeo yang populer di pesantren adalah “Apa saja jika banyak menjadi murah,kecuali ilmu dan akhlak” atau “ Kullu syai’in idza katsura rakhusha illa’ al-ilm wa al-akhlaq”.Seorang kiai menyebut, lulusan pesantren yang ideal adalah ‘alim shalih atau santri yang berilmu dan berakhlak karimah.Dalam hal ini,seorang santri diharapkan menjadi manusia seutuhnya, yaitu mendalami ilmu agama serta mengamalkannya dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.
  1. Penyebaran ilmu
Penyebaran ilmu atau nasyru al-ilmi menjadi pilar utama bagi menyebarnya ajaran agama Islam.Kalangan pesantren mengemas penyebaran ilmu ini dalam kegiatan dakwah yang memuat prinsip al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar”.Kewajiban ini bahkan menjadi sebuah keyakinan bagi kalangan pesantren, sebagai pembeda antara orang mukmin dengan munafik.Iman al-Ghazali lebih keras menyatakan,bahwa meninggalkan amar makruf nahi munkar berarti keluar dari komunitas orang mukmin.[7]
Ø  Metode penyampaian dalam pengajaran agama di pondok pesantren
Dalam rangka/usaha mencapai tujuan tersebut,diperlukan suatu metode yang sangat operasional pula yaitu metode penyajian materi pendidikan dan pengajaran yang menyangkut pendidikan agama Islam dan keterampilan di lembaga pendidikan pondok pesantren tersebut.
Metode penyajian atau penyampaian tersebut ada yang bersifat tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam intitusi itu,seperti pengajian dengan balahan,weton,dan sorogan.Ada pula metode non tradisional dengan pengertian metode  yang baru di introdusir ke dalam institusi tersebut berdasarkan atas pendekatan ilmiah.
Usaha mengintrodusir ide tentang metode baru dilakukan atas pelbagai pendekatan-pendekatan psikologis,sosial,relegius,pedagogis,dan sebagainya agar pimpinan intitusi yang bersangkutan lebih dahulu memahami dan menerima maksud/tujuan ide baru yang akan diintrodusikan itu.
Dalam hubungan ini,perlu kita sadari bahwa ada strategi dasar yang telah dipegangi oleh pimpinan pondok pesantren yang ditetapkan dalam Muktamar Pondok Pesantren (ROBITHOH MA’HID KE-I pada tahun 1959) yang menyatakan sebagai berikut :
اَلمحُاَفَظَةُ عَلَى الْقَدِ يْمِ الصَّلِحِ وَالْاَخْذُ بِالْجَدِيْدِ اْلَاصْلَحِ
“Tetap memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik”.
Adapun metode yang dapat dipergunakan di lingkungan pondok pesantren antara lain,seperti tersebut dibawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing:
v  Metode tanya jawab
v  Metode diskusi
v  Metode imlak
v  Metode mutholaah/ricital
v  Metode proyek
v  Metode dialog
v  Metode karyawisata
v  Metode hafalan
v  Metode sosiadrama
v  Metode pemberian situasi
v  Metode pembiasaan
v  Metode percontohan tingkah laku/dramatisasi
Macam-macam metode itu menjadi efektif dan tidaknya bagi santri (anak didik) adalah banyak bergantung kepada pribadi pendidik (guru / pengajar / pengasuh) itu sendiri.[8]


BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan makalah diatas,dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia,pesantren adalah salah satu lembagaa pendidikan yang bisa mencetak manusia yang agamis dengan bekal kemampuan-kemampuan keilmuan agamanya yang sangat luas dan dalam upaya membentuk Insan Kamil yang berakhlakul karimah.
Peran pesantren dalam dinamika sosial sangatlah banyak,antara lain :
Ø  Lembaga pendidikan
Ø  Lembaga keilmuan
Ø  Lembaga pelatihan
Ø  Lembaga bimbingan keagamaan
Demikianlah makalah ini,kami buat dengan judul “Pendidikan Islam di Pondok Pesantren“,tentunya banyak kesalahan dalam sana-sini.Untuk itu kritik dan saran kami harapkan dari para pembaca.

 
DAFTAR PUSTAKA
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (islam dan umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Nafi, M. Dian, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara,2007)
Wahjoetomo, 1997, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, ( Jakarta: Gema Insani Press)
http:/blog.rc.or.id/pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam.htm



                [1] Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,( Jakarta :Gema     Insani Press, 1997), hal.21
                [2] http:/blog.rc.or.id/pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam.htm
[3] Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,( Jakarta : Gema Insani Press, 1997), hal.70
[4] M. Dian Nafi, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2007), hal. 9
[5] M.Dian Nafi,dkk,Op.Cit.hal.11-16

[6] Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,( Jakarta :Gema Insani Press, 1997), hal.82-88
[7] M.Dian Nafi,Op.Cit.hal.49-62
[8] H.M.Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (islam dan umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 259-261