Tuesday, June 26, 2012

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT SITI WALIDAH


BAB I
PENDAHULUAN

Kalau kita menyebut Muhammadiyah, tentu akan ingat kepada KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah di Yogyakarta bulan November 1912. Kini organisasi itu telah berkembang di seluruh Indonesia, di setiap propinsi dinamakan wilayah dan tiap kota atau kabupaten dinamakan daerah dan desa-desa dinamakan ranting. Bagian wanitanya dinamakan Aisyiah.
Siapa pendiri Aisyiah? kalau ingat kepada KH. Ahmad Dahlan, tentu ingat kepada pendampingnya yang setia, yaitu Ibu Walidah Ahmad Dahlan. Dialah pendiri Aisyiah. Aisyiah ingin mengikuti perjuangan Ibu kita Asisyiah. Symbol matahari berarti yang menerangi seluruh alam.
Walidah Ahmad Dahan memperoleh gelar kepahlawanan; Pahlawan Nasional (SK Presiden Republik Indonesia No.042/TK/Tahun 197, tanggal 22 September 1971).
Oleh karena itu, saya berusaha untuk mengulas sedikit tentang Walidah Ahmad Dahlan dari segi biografi maupun pemikiran beliau yang terumuskan di dunia pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Walidah Ahmad Dahlan
Nyi H. Siti Walidah Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta tahun 1872.[1]
Sejak kecil beliau telah mendapat pendidikan agama yang baik karena orang tuanya adalah pejabat agama kraton Yogyakarta.[2] Tetapi beliau tidak mengemban pendidikan di lembaga pendidikan umum.
Pada tahun 1918 Walidah Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiah dan sekaligus menjadi pemimpin pertamanya. Ayahnya seorang ulama keratin yang fanatic, tidak mengizinkan putrinya mengikuti agama dari ayahnya, dan dipingit sampai ia menikah dengan pemuda Ahmad Dahlan yang waktu itu lebih dikenal sebagai Muhammad Darwis.
Ayah Ahmad Dahlan, KH. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman merupakan Khatib di Masjid Keraton Yogyakarta. Jadi orang tua Walidah dengan orang tua Ahmad Dahlan adalah teman baik. Tanggal 31 Mei 1945 Ibu Walidah berpulang ke rahmatullah. Jenazahnya dimakamkan di belakang Majid Raya Yogyakarta.[3]

B.     Setting Sosial
Sebagai istri dari seorang pejuang dan ulama besar, Siti Walidah atau yang dikenal dengan Nyi Ahmad Dahlan sangat berperan membantu suaminya KH. Ahmad Dahlan dalam perjuangan kemerdekaan serta pengembangan organisasi Muhammadiyah. Sebagai istri yang setia, ia banyak memberikan dukungan moril. Pernikahannya dengan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan memberinya kesempatan untuk menimba ilmu dari sang suami. Tak hanya menjalankan perannya sebagai seorang istri, ia juga membantu suaminya mengembangkan Muhammadiyah dengan berdakwah ke sejumlah daerah. Dan beliau mengadakan rapat-rapat.
Cara dia memimpin rapat dan berpidato sangat mengagumkan orang, apalagi setelah orang tahu bahwa dia tidak mengikuti pendidikan umum, tetapi kepintarannya melebihi dari orang yang bersekolah umum.[4]
Ibu WAlidah, wanita yang mula-mula memperjuangkan hak emansipasi wanita dalam bahasa agama. Beliau memperjuangkannya dimulai dari rumah tangga ke anak-anak mereka.
Ia juga memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Ia menginginkan agar kaum hawa juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju. Pada tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah bagian wanita. Walaupun tanpa anggaran dan peraturan lain, organisasi itu telah menyelenggarakan kegiatan untuk mengasuh anak yatim. Kemudian atas nasehat dari Haji Muchtar, seorang anggota penting di Muhammadiyah, nama organisasi itu diubah menjadi Aisyiah yang memiliki peraturan-peraturan dan pengurus tetap. Kepemimpinan Aisyiah diserahkan ke tangan Nyi Ahmad Dahlan.

C.    Pemikiran Walidah Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan
Walidah Ahmad Dahlan adalah istri dari Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan adalah tokoh pembaharuan Islam dan pendiri Muhammadiyah. Walidah Ahmad Dahlan dan suaminya. Mulanya. Walidah Ahmad Dahlan dan suaminya sering mendapat kecaman dan tantangan karena pembaharuan yang dilakukannya. Namun, suami istri tersebut tidak gentar dan tetap memperjuangkan keyakinannya.
Pada tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Aisyiah sebuah organisasi kewanitaan yang menjadi bagian dari Muhammadiyah. Aisyiah berjuang untuk memajukan kaum wanita Aisyiah atau Nasyiatul Aisyiah juga memperjuangkan persamaan hak bagi wanita. Nyi Ahmad Dahlan mulanya aktif memimpin organisasi tersebut namun kemudian ia hanya duduk sebagai penasihat dan pelindung.[5]
Untuk memberikan pendidikan bagi kaum wanita, ia kemudian menyarankan agar Aisyiah mendirikan asrama-asrama untuk para pelajar putrid. Para remaja putrid di didik soal-soal agama dan kemasyarakatan, serta ditanamkan rasa kebangsaan mereka juga dianjurkan untuk mengambil peran aktif dalam pergerakan nasional.
Nyi Ahmad Dahlan juga giat membantu perjuangan dengan mendirikan dapur-dapur umum bagi pejuang-pejuang yang sedang bertempur digaris depan. Selain itu, Presiden Soekarno dan Jenderal Soedirman pun sering ia ajak bertukar pikiran mengenai sistem perjuangan saat itu.
Sebagai mubalighat, Nyi Ahmad Dahlan berbicara jelas dan fasih. Beberapa kali tokoh wanita ini memimpin kongres dengan sukses, hingga kongres Aisyiah ke-23 pada tahun 1934, ia masih memimpinj. Namanya semakin tersohor ketika kongres Aisyiah di Surabaya.

D.    Analisis
Dari hasil analisis saya mengenai sosok Walidah Ahmad Dahlan, beliau dalam dunia pendidikan. Ia sangat memperhatikan pendidikan untuk perempuan. Walaupun sejak kecil beliau tidak mengenyam pendidikan umum. Tetapi, beliau telah mencetuskan untuk mendirikan asrama melalui lembaga Aisyiah yang digelutinya.
Di dalam asrama tersebut mereka dididik dengan ilmu agama kemasyarakatan, rasa kebangsaan juga tak luput ditanamkan agar kelak mereka dapat berperan aktif dalam pergerakan nasional.
Dalam hal ini Walidah Ahmad Dahlan ide pokok pemikirannya mengenai pendidikan umum dan sosial. Sekaligus beliau memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Kesempatan ia menginginkan agar kaum hawa juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju.
Di samping itu juga semangat yang tidak pernah kendur yang dilakukan beliau ketika pecah perang kemerdekaan. Ibu Walidah pada waktu itu sudah uzur dan sakit-sakitan, karena beliau sudah tua. Akan tetapi, beliau tetap mengerahkan kaum wanita untuk mendirikan dapur umum untuk melayani komsumsi para pejuang.



DAFTAR PUSTAKA

Dahlan dan Anwar Yuro. 1996. Tokoh-tokoh Wanita Islam dari Masa ke Masa. Bandung: CV. Diponegoro.



http://nurmanali.blogspot.com, Di akses pada 22 April 2012, pukul 16.33.




[2] http://id.wikipedia.org/../Nyai-Ahmad-Dahlan. Di akses 20 April 2012, Pukul 13:55 wib.
[3] Dahlan dan Anwar Yuro, Tokoh-tokoh Wanita Islam dari Masa ke Masa, cet. 1 (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hlm. 98-101.
[4] Ibid., hlm. 98.
[5] http://nurmanali.blogspot.com, di akses pada 22 April 2012, pukul 16.33.