BAB I
PENDAHULUAN
Kalau kita menyebut Muhammadiyah, tentu akan ingat
kepada KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah di Yogyakarta bulan November 1912.
Kini organisasi itu telah berkembang di seluruh Indonesia, di setiap propinsi
dinamakan wilayah dan tiap kota atau kabupaten dinamakan daerah dan desa-desa
dinamakan ranting. Bagian wanitanya dinamakan Aisyiah.
Siapa pendiri Aisyiah? kalau ingat kepada KH. Ahmad
Dahlan, tentu ingat kepada pendampingnya yang setia, yaitu Ibu Walidah Ahmad
Dahlan. Dialah pendiri Aisyiah. Aisyiah ingin mengikuti perjuangan Ibu kita
Asisyiah. Symbol matahari berarti yang menerangi seluruh alam.
Walidah Ahmad Dahan memperoleh gelar kepahlawanan;
Pahlawan Nasional (SK Presiden Republik Indonesia No.042/TK/Tahun 197, tanggal
22 September 1971).
Oleh karena itu, saya berusaha untuk mengulas sedikit
tentang Walidah Ahmad Dahlan dari segi biografi maupun pemikiran beliau yang
terumuskan di dunia pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Walidah Ahmad Dahlan
Nyi
H. Siti Walidah Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta tahun 1872.[1]
Sejak
kecil beliau telah mendapat pendidikan agama yang baik karena orang tuanya
adalah pejabat agama kraton Yogyakarta.[2] Tetapi beliau tidak
mengemban pendidikan di lembaga pendidikan umum.
Pada
tahun 1918 Walidah Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiah dan sekaligus menjadi
pemimpin pertamanya. Ayahnya seorang ulama keratin yang fanatic, tidak
mengizinkan putrinya mengikuti agama dari ayahnya, dan dipingit sampai ia
menikah dengan pemuda Ahmad Dahlan yang waktu itu lebih dikenal sebagai
Muhammad Darwis.
Ayah
Ahmad Dahlan, KH. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman merupakan Khatib di Masjid
Keraton Yogyakarta. Jadi orang tua Walidah dengan orang tua Ahmad Dahlan adalah
teman baik. Tanggal 31 Mei 1945 Ibu Walidah berpulang ke rahmatullah.
Jenazahnya dimakamkan di belakang Majid Raya Yogyakarta.[3]
B.
Setting
Sosial
Sebagai
istri dari seorang pejuang dan ulama besar, Siti Walidah atau yang dikenal
dengan Nyi Ahmad Dahlan sangat berperan membantu suaminya KH. Ahmad Dahlan
dalam perjuangan kemerdekaan serta pengembangan organisasi Muhammadiyah.
Sebagai istri yang setia, ia banyak memberikan dukungan moril. Pernikahannya
dengan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan memberinya kesempatan untuk
menimba ilmu dari sang suami. Tak hanya menjalankan perannya sebagai seorang
istri, ia juga membantu suaminya mengembangkan Muhammadiyah dengan berdakwah ke
sejumlah daerah. Dan beliau mengadakan rapat-rapat.
Cara
dia memimpin rapat dan berpidato sangat mengagumkan orang, apalagi setelah
orang tahu bahwa dia tidak mengikuti pendidikan umum, tetapi kepintarannya
melebihi dari orang yang bersekolah umum.[4]
Ibu
WAlidah, wanita yang mula-mula memperjuangkan hak emansipasi wanita dalam
bahasa agama. Beliau memperjuangkannya dimulai dari rumah tangga ke anak-anak
mereka.
Ia
juga memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Ia
menginginkan agar kaum hawa juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju.
Pada tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah bagian wanita. Walaupun
tanpa anggaran dan peraturan lain, organisasi itu telah menyelenggarakan
kegiatan untuk mengasuh anak yatim. Kemudian atas nasehat dari Haji Muchtar,
seorang anggota penting di Muhammadiyah, nama organisasi itu diubah menjadi
Aisyiah yang memiliki peraturan-peraturan dan pengurus tetap. Kepemimpinan
Aisyiah diserahkan ke tangan Nyi Ahmad Dahlan.
C.
Pemikiran
Walidah Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan
Walidah
Ahmad Dahlan adalah istri dari Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan adalah tokoh
pembaharuan Islam dan pendiri Muhammadiyah. Walidah Ahmad Dahlan dan suaminya.
Mulanya. Walidah Ahmad Dahlan dan suaminya sering mendapat kecaman dan
tantangan karena pembaharuan yang dilakukannya. Namun, suami istri tersebut
tidak gentar dan tetap memperjuangkan keyakinannya.
Pada
tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Aisyiah sebuah organisasi kewanitaan yang
menjadi bagian dari Muhammadiyah. Aisyiah berjuang untuk memajukan kaum wanita
Aisyiah atau Nasyiatul Aisyiah juga memperjuangkan persamaan hak bagi wanita.
Nyi Ahmad Dahlan mulanya aktif memimpin organisasi tersebut namun kemudian ia
hanya duduk sebagai penasihat dan pelindung.[5]
Untuk
memberikan pendidikan bagi kaum wanita, ia kemudian menyarankan agar Aisyiah
mendirikan asrama-asrama untuk para pelajar putrid. Para remaja putrid di didik
soal-soal agama dan kemasyarakatan, serta ditanamkan rasa kebangsaan mereka
juga dianjurkan untuk mengambil peran aktif dalam pergerakan nasional.
Nyi
Ahmad Dahlan juga giat membantu perjuangan dengan mendirikan dapur-dapur umum
bagi pejuang-pejuang yang sedang bertempur digaris depan. Selain itu, Presiden
Soekarno dan Jenderal Soedirman pun sering ia ajak bertukar pikiran mengenai sistem
perjuangan saat itu.
Sebagai
mubalighat, Nyi Ahmad Dahlan berbicara jelas dan fasih. Beberapa kali tokoh wanita
ini memimpin kongres dengan sukses, hingga kongres Aisyiah ke-23 pada tahun
1934, ia masih memimpinj. Namanya semakin tersohor ketika kongres Aisyiah di
Surabaya.
D.
Analisis
Dari
hasil analisis saya mengenai sosok Walidah Ahmad Dahlan, beliau dalam dunia
pendidikan. Ia sangat memperhatikan pendidikan untuk perempuan. Walaupun sejak
kecil beliau tidak mengenyam pendidikan umum. Tetapi, beliau telah mencetuskan
untuk mendirikan asrama melalui lembaga Aisyiah yang digelutinya.
Di
dalam asrama tersebut mereka dididik dengan ilmu agama kemasyarakatan, rasa
kebangsaan juga tak luput ditanamkan agar kelak mereka dapat berperan aktif
dalam pergerakan nasional.
Dalam
hal ini Walidah Ahmad Dahlan ide pokok pemikirannya mengenai pendidikan umum
dan sosial. Sekaligus beliau memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan
perempuan. Kesempatan ia menginginkan agar kaum hawa juga mendapatkan
kesempatan yang sama untuk maju.
Di
samping itu juga semangat yang tidak pernah kendur yang dilakukan beliau ketika
pecah perang kemerdekaan. Ibu Walidah pada waktu itu sudah uzur dan
sakit-sakitan, karena beliau sudah tua. Akan tetapi, beliau tetap mengerahkan
kaum wanita untuk mendirikan dapur umum untuk melayani komsumsi para pejuang.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan dan Anwar
Yuro. 1996. Tokoh-tokoh Wanita Islam dari Masa ke Masa. Bandung: CV.
Diponegoro.
http://id.wikipedia.org/../Nyai-Ahmad-Dahlan. Di akses 20 April 2012.
http://m.tokohind.com/biografi/article/295-pahlawan/661-wanita-penyemangat-perjuangan. Di akses 20 April 2012.
http://nurmanali.blogspot.com, Di akses pada 22 April 2012, pukul 16.33.
[1]http://m.tokohind.com/biografi/article/295-pahlawan/661-wanita-penyemangat-perjuangan.
Di akses 20 April 2012, pukul 15:51 WIB.
[2] http://id.wikipedia.org/../Nyai-Ahmad-Dahlan.
Di akses 20 April 2012, Pukul 13:55 wib.
[3] Dahlan dan Anwar Yuro, Tokoh-tokoh Wanita Islam dari Masa ke
Masa, cet. 1 (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hlm. 98-101.
[4] Ibid., hlm. 98.
[5] http://nurmanali.blogspot.com,
di akses pada 22 April 2012, pukul 16.33.