A. Pengertian
Bahasa
Bahasa
merupakan salah satu alat komunikasi manusia dengan sesamanya. Artinya bahasa
merupakan bagian dari bentuk komunikasi. Nur Indah membagi komunikasi menjadi dua
jenis yaitu nonlinguistik dan linguistik. Jenis komunikasi yang biasa dilakukan
dalam proses perkualiahan adalah jenis linguistik atau bahasa.
Menurut para
ahli linguistik bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter
yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi serta
mengidentifikasikan diri.[1]
Bahasa
sebagai suatu sistem berarti memiliki beberapa sub sistem yang saling
berhubungan, yang terdiri dari: fonologi (elemen bunyi), morfologi, sintaksis,
dan leksikon.
Stephen
mengungkapkan bahwasanya bahasa memiliki hubungan dengan tutur, bahasa
merupakan wahana komunikasi atau sebuah kode sedangkan tutur adalah pengkodean
dari pesan khusus yang kemudian akan dikodekan oleh seorang pendengar atau
lawan bicaranya.[2]
Berbahasa
merupakan jenis komunikasi yang menjadi karakteristik dari manusia. Yang
membedakan bahasa dengan jenis komunikasi lainnya adalah:
- Bahasa bersifat sengaja atau dibawah kendali individu, Artinya bahasa dilakukan secara sengaja oleh seseorang untuk berkomunikasi.
- Bersifat simbolis, bahasa sebagai simbol dari suatu objek dan yang dapat menggambarkannya.
- Bersifat sistematik atau kosakata yang mempunyai makna bervariasa, dan
- Bahasa dapat ditampilkan dengan lisan/tulisan.[3]
B. Fungsi
Bahasa
Secara garis
besarnya bahasa mempunyai fungsi yaitu mengomunikasikan apa yang ingin
disampaikan oleh seseorang. Ada 2 macam sifat fungsi bahasa, yaitu pertama, fungsi
intrapersonal (mathetik) yaitu untuk memecahkan problem, mengambil keputusan,
berpikir, mengingat dan sebagainya. Kedua, fungsi bahasa yang bersifat
interpersonal yaitu untuk menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan
penutur. Seperti dalam bentuk ungkapan perintah, kalimat tanya dan kalimat
berita.[4]
Meskipun
kedudukan bahasa itu cukup penting bagi kehidupan manusia, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak orang-orang yang tidak menggunakan bahasa dengan
santun atau yang sesuai dengan norma moral di masyarakat. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini akan dijelaskan makna kesantunan bahasa.
C. Bahasa sebagai
kepribadian seseorang
Bahasa dapat
mempengaruhi pribadi seseorang. Salah satu ciri orang yang berkarakter baik
adalah yang dapat berbahasa dengan santun, karena sebagai tanda sikap hormat
pada orang yang sedang di ajak bicara. Hal ini sesuai dengan yang dituturkan
oleh Addin dalam sebuah blognya yang berjudul mari berbahasa: Seseorang
dianggap tidak sopan dan tidak mengamalkan nilai yang baik (berkepribadian
baik) apabila bercakap menggunakan bahasa yang kasar atau tidak tahu meletakkan
dirinya dalam suatu majlis.”[5]
Bahasa yang
digunakan oleh seseorang menunjukkan kepribadiannya. Seseorang yang suka
menggunakan kata-kata dari bahasa asing dan bahasa yang memiliki prestise
tinggi menggambarkan bahwa orang ini memiliki sikap berbangga pada bahasa yang
dituturkannya. Sedangkan orang yang tidak loyalitas terhadap bahasanya sendiri
maka orang tersebut tidak bangga terhadap bahasanya, terlebih lagi jika orang tersebut
juga tidak paham dengan norma kebahasaan dan budayanya sendiri sehingga
cenderung tidak akan memiliki sikap berbahasa yang baik/ santun.[6]
Dalam proses
pembelajaran, bahasa yang digunakan oleh seorang mahasiswa ketika berkomunikasi
dengan dosennya dapat mencerminkan suatu kepribadian atau karakter dirinya.
Tuturan yang halus dan sopan dapat lebih mengefektifkan pembelajaran, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Jika mahasiswa bertutur dengan
bahasa yang santun maka akan menambah santunnya kepribadian mereka.[7]Dengan
demikian, cara berkomunikasi seseorang dapat dimasukkan ke dalam indikator
penilaian kepribadian. Seperti sikap hormat dan menghargai orang lain ketika
bertutur baik dengan orang yang lebih tua dari dirinya maupun sebaliknya.
Selain itu
orang yang berkarakter baik adalah orang yang dapat menghargai pendapat orang
lain ketika bertutur dengan lawan bicaranya terutama pada orang yang lebih tua.
Misalnya seperti mahasiswa ketika bertutur dengan dosen.
[1] Rohmani Nur
Indah, Psikoliustik: Konsep dan isu umum ( Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 31
[2] Stephen
Ullmann, Pengantar Semantik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 22
[3] Rohmani Nur Indah, Op. Cit.,hlm 46
[4] Rohmani Nur
Indah, Loc. Cit., hlm 50
[5] http://mariberbahasa.blogspot.com/2002. diakses tanggal 19 pukul 13.31
[6] Kunjana
Rahardi, Dimensi-dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini
(Yogyakarta: Erlangga, 2006), hlm. 64
[7] Abdul Majid,
Wan Hasmah Wan Mamat dan Nur kholis. Op. Cit.,hlm. 334