Sunday, November 11, 2012

Bahasa dan Kepribadian Seseorang



A. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dengan sesamanya. Artinya bahasa merupakan bagian dari bentuk komunikasi. Nur Indah membagi komunikasi menjadi dua jenis yaitu nonlinguistik dan linguistik. Jenis komunikasi yang biasa dilakukan dalam proses perkualiahan adalah jenis linguistik atau bahasa.
Menurut para ahli linguistik bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi serta mengidentifikasikan diri.[1]
Bahasa sebagai suatu sistem berarti memiliki beberapa sub sistem yang saling berhubungan, yang terdiri dari: fonologi (elemen bunyi), morfologi, sintaksis, dan leksikon.
Stephen mengungkapkan bahwasanya bahasa memiliki hubungan dengan tutur, bahasa merupakan wahana komunikasi atau sebuah kode sedangkan tutur adalah pengkodean dari pesan khusus yang kemudian akan dikodekan oleh seorang pendengar atau lawan bicaranya.[2]
Berbahasa merupakan jenis komunikasi yang menjadi karakteristik dari manusia. Yang membedakan bahasa dengan jenis komunikasi lainnya adalah:
  1. Bahasa bersifat sengaja atau dibawah kendali individu, Artinya bahasa dilakukan secara sengaja oleh seseorang untuk berkomunikasi.
  2. Bersifat simbolis, bahasa sebagai simbol dari suatu objek dan yang dapat menggambarkannya.
  3. Bersifat sistematik atau kosakata yang mempunyai makna bervariasa, dan
  4. Bahasa dapat ditampilkan dengan lisan/tulisan.[3]


B. Fungsi Bahasa
Secara garis besarnya bahasa mempunyai fungsi yaitu mengomunikasikan apa yang ingin disampaikan oleh seseorang. Ada 2 macam sifat fungsi bahasa, yaitu pertama, fungsi intrapersonal (mathetik) yaitu untuk memecahkan problem, mengambil keputusan, berpikir, mengingat dan sebagainya. Kedua, fungsi bahasa yang bersifat interpersonal yaitu untuk menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur. Seperti dalam bentuk ungkapan perintah, kalimat tanya dan kalimat berita.[4]
Meskipun kedudukan bahasa itu cukup penting bagi kehidupan manusia, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak orang-orang yang tidak menggunakan bahasa dengan santun atau yang sesuai dengan norma moral di masyarakat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan makna kesantunan bahasa.

C. Bahasa sebagai kepribadian seseorang
Bahasa dapat mempengaruhi pribadi seseorang. Salah satu ciri orang yang berkarakter baik adalah yang dapat berbahasa dengan santun, karena sebagai tanda sikap hormat pada orang yang sedang di ajak bicara. Hal ini sesuai dengan yang dituturkan oleh Addin dalam sebuah blognya yang berjudul mari berbahasa: Seseorang dianggap tidak sopan dan tidak mengamalkan nilai yang baik (berkepribadian baik) apabila bercakap menggunakan bahasa yang kasar atau tidak tahu meletakkan dirinya dalam suatu majlis.”[5]
Bahasa yang digunakan oleh seseorang menunjukkan kepribadiannya. Seseorang yang suka menggunakan kata-kata dari bahasa asing dan bahasa yang memiliki prestise tinggi menggambarkan bahwa orang ini memiliki sikap berbangga pada bahasa yang dituturkannya. Sedangkan orang yang tidak loyalitas terhadap bahasanya sendiri maka orang tersebut tidak bangga terhadap bahasanya, terlebih lagi jika orang tersebut juga tidak paham dengan norma kebahasaan dan budayanya sendiri sehingga cenderung tidak akan memiliki sikap berbahasa yang baik/ santun.[6]
Dalam proses pembelajaran, bahasa yang digunakan oleh seorang mahasiswa ketika berkomunikasi dengan dosennya dapat mencerminkan suatu kepribadian atau karakter dirinya. Tuturan yang halus dan sopan dapat lebih mengefektifkan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Jika mahasiswa bertutur dengan bahasa yang santun maka akan menambah santunnya kepribadian mereka.[7]Dengan demikian, cara berkomunikasi seseorang dapat dimasukkan ke dalam indikator penilaian kepribadian. Seperti sikap hormat dan menghargai orang lain ketika bertutur baik dengan orang yang lebih tua dari dirinya maupun sebaliknya.
Selain itu orang yang berkarakter baik adalah orang yang dapat menghargai pendapat orang lain ketika bertutur dengan lawan bicaranya terutama pada orang yang lebih tua. Misalnya seperti mahasiswa ketika bertutur dengan dosen.



[1] Rohmani Nur Indah, Psikoliustik: Konsep dan isu umum ( Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 31
[2] Stephen Ullmann, Pengantar Semantik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 22
[3] Rohmani Nur Indah, Op. Cit.,hlm 46
[4] Rohmani Nur Indah, Loc. Cit., hlm 50
[5] http://mariberbahasa.blogspot.com/2002. diakses tanggal 19 pukul 13.31
[6] Kunjana Rahardi, Dimensi-dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini (Yogyakarta: Erlangga, 2006), hlm. 64
[7] Abdul Majid, Wan Hasmah Wan Mamat dan Nur kholis. Op. Cit.,hlm. 334