Sebelum
membahas lebih jauh mengenai pengertian pendidikan karakter, terlebih dahulu
akan dijelaskan masing-masing dari definisi pendidikan dan juga definisi
karakter.
1.
Pengertian
Pendidikan
Menurut W.J.S.
Poerwadarminta dalam Beni Ahmad Saebani, dijelaskan bahwa pendidikan dari segi
bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan –me,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Istilah
pendidikan formal dikenal dengan kata “education” yang berasal dari kata
“to educate” yakni mengasuh, mendidik. Dalam Dictionary of
Education, makna education adalah kumpulan semua proses yang
memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku
yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat ia hidup.[1] Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,
membina, membantu, serta membimbing seseorang mengembangkan segala potensinya
sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.[2]
Dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.[3]
Banyak para
tokoh pendidikan yang berlainan memberikan definisi tentang pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki
kepribadian yang utama dan ideal.
Dalam pandangan
John Dewey, menjelaskan bahwa,
“pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, yang menyangkut; daya pikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi)
manusia.”
Lebih lanjut,
Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa,
“pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman,
kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan
generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.” [4]
Menurut Herman
H. Horne sebagaimana dikutip Abdul Khobir mengatakan bahwa pendidikan adalah
suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik degan alam sekitar,
dengan manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Sedangkan menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak.
Bagian-bagian itu tidak boleh terpisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak yang kita didik sesuai
dengan dunianya dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.[5]
Menurut Abuddin
Nata, pendidikan dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara
luas. Secara sempit dapat diartikan bimbingan yang diberikan kepada anak-anak
sampai ia dewasa. Sedangkan pendidikan
dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan
pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi
anak didik.[6]
Dengan demikian,
dari uraian beberapa pengertian pendidikan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang
telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan
menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada peserta didik,
agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri
kemanusiaanya.
2.
Pengertian
Karakter
Secara
etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dalam bahasa
Inggris, karakter (character) diberi arti a distinctive differentiating
mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain.[7]
Sedangkan menurut Abdullah Munir menjelaskan bahwa karakter berasal dari bahasa
Yunani, charassein, yang artinya mengukir. Dari arti bahasa ini, dapat
dipahami bahwa sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang
diukir. Begitu juga dengan sifat utama karakter yaitu melekat kuat pada
intividu.[8]
Menurut Dorland’s
Pocket Medical Dictionary sebagaimana dikutip oleh M. Furqon Hidayatullah
dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.[9] Di
dalam kamus sosiologi dijelaskan bahwa karakter adalah ciri khusus dari
struktur dasar kepribadian seseorang (watak).[10]
Sedangkan di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah satu
kualitas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan
ciri untuk mengidentifikasikan seseorang pribadi.[11]
Sedangkan
pengertian karakter secara terminologis, para ahli memberikan pengertian yang
bermacam-macam, tergantung dari sisi atau pendekatan apa yang dipakai. Menurut
Hermawan Kertajaya sebagaimana yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani dinyatakan
bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.[12]
Menurut Dodi
Koesoemo Albertus dalam Jamal Ma’mur Asmani dijelaskan bahwa, karakter diasosiasikan
dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur
psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter
juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis
yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Di sini karakter dianggap sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya
atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan
seseorang sejak lahir.[13]
Menurut Muchlas
Samani dan Hariyanto, menjelaskan bahwa,
“karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari
keputusannya.” [14]
Selanjutnya
menurut Scerenko sebagaimana yang dikutip oleh Muchlas dan Hariyanto menyatakan
bahwa, karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan
ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok
atau bangsa.[15]
Menurut
Kemendiknas dalam Agus Wibowo dijelaskan bahwa karakter adalah watak, tabiat,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Sedangkan
menurut Marzuki karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas
manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri,
dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya dan adat istiadat.[16]
Menurut Simon
Philips sebagaimana yang dikutip Fatchul Mu’in dijelaskan bahwa, karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.
Sementara,
Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang
karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang
berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku
jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang
baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila
tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.[17]
Dari beberapa
definisi karakter yang telah diuraikan memang terdapat perbedaan sudut pandang sehingga
menyebabkan perbedaan definisinya pula. Kendati demikian, jika dilihat esensi
dari berbagai definisi tersebut terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai
sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan orang tersebut
disifati.
Dari berbagai
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah sifat yang
mantap, stabil dan khusus yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya
bersikap dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan
tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
3.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Setelah mengetahui definisi dari pendidikan dan karakter, lalu
apakah pengertian pendidikan karakter itu?. Menurut T. Ramli sebagaimana yang
dikutip Zainal Aqib dan Sujak menjelaskan bahwa, pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,
warga masyarakat dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik,
warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat
atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda.[18]
Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh
Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide
pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.[19]
Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto, menjelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi
sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan
emosional, dan pengembangan etik para siswa.
Dipihak lain, Lickona dalam Muchlas Samani, mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang
memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara
sederhana, Lickona mendefinisikan juga bahwa pendidikan karakter sebagai upaya
yang dirancang sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.[20]
Sementara menurut Kemdiknas dalam Agus Wibowo, pengertian
pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan
karakter-karakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter
luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam
keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.[21]
Menurut D. Yahya Khan sebagaimana yang dikutip Jamal Ma’mur Asmani
menjelaskan bahwa, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga,
masyarakat dan bangsa. Serta, membantu orang lain untuk membuat keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan
anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Sedangkan
menurut Suyanto, pendidikan karakter adalah pendidikan budi perkerti plus,
yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action).[22]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan karakter adalah bukan jenis mata pelajaran seperti Pendidikan Agama
Islam (PAI), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) atau lainnya, tapi merupakan
proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik
agar mereka memiliki karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk,
baik dari segi agama, budaya, maupun falsafah bangsa.
[1] Beni Ahmad
Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2009), cet. I, hlm. 38-39
[2] Ibid,
hlm. 39
[3] Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Jogjakarta: Media Wacana Press, 2003),
cet., I, hlm. 9
[4] Jalaluddin dan
Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet. III, hlm. 20-21
[5] Abdul Khobir, Filsafat
Pendidikan Islam; Landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2011), cet. III, hlm. 3
[6] Abuddin Nata
(Ed), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), cet. I,
hlm. 10
[7] Amirulloh
Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta: as@prima pustaka,
2012), cet. I, hlm. 13
[8] Abdullah
Munir, Pendidikan Karakter; Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah,
(Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2010), cet. I, hlm. 2
[9] M. Furqon
Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas,
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), cet. III, hlm. 9
[10] Soerjono
Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), cet. II, hlm.
74
[11] J. P. Chaplin,
Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999), cet. V,
hlm. 82
[12] Jamal Ma’mur
Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Yogyakarta: Diva Press, 2012), cet. IV, hlm. 28
[13] Ibid.,
hlm. 28-29
[14] Muchlas Samani
dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, hlm. 41
[15] Ibid.,
hlm. 42
[16] Agus Wibowo, Manajemen
Pendidikan Karakter di Sekolah; Konsep dan Praktik Implementasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), cet. I, hlm. 10-11
[17] Fatchul Mu’in,
Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), cet. I, hlm. 160
[18] Zainal Aqib
dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yrama
Widya, 2011), cet. I, hlm. 3-4
[19] Dharma Kesuma,
Cepi Triatna dan Johar Permana, Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. II. hlm. 5
[20] Muchlas Samani
dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, hlm. 43-44
[21] Agus Wibowo, op.
cit. hlm. 13
[22] Jamal Ma’mur
Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2012), cet. IV, hlm. 30-31