Monday, May 27, 2013

Metode Pendidikan Karakter

METODE PENDIDIKAN KARAKTER
By Ilmu Hayat
Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan, tidak terlepas dari peranan metode yang digunakan. Secara harfiah, metode berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pendidikan karakter, metode berarti semua upaya, prosedur, dan cara yang ditempuh untuk menanamkan karakter pada diri peserta didik.
Guna mencapai pertumbuhan integral dalam pendidikan karakter perlu dipertimbangkan berbagai macam metode yang membantu mencapai idealisme dan tujuan pendidikan karakter. Metode ini bisa menjadi unsur-unsur yang sangat penting bagi sebuah proyek pendidikan karakter di sekolah. Menurut Doni Koesoema A., sebagaimana yang dikutip Novan Ardy Wiyani, menjelaskan terdapat lima metode yang perlu dipertimbangkan.
1)       Mengajarkan
Pendidikan karakter mengandaikan pendidikan teoretis tentang konsep-konsep nilai tertentu. Salah satu unsur penting ialah mengajarkan nilai-nilai sehingga peserta didik mempunyai gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.
2)       Keteladanan
Keteladanan menjadi hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Anak akan banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Kata-kata dapat menggerakkan orang, tetapi keteladanan lebih menarik hati. Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat dalam Al-Qur’an. Sebab keteladanan adalah sarana penting dalam pembentukan karakter seseorang. Satu kali perbuatan baik dicontohkan lebih baik dari seribu kata yang diucapkan. Sebagaimana Al-Qur’an juga memberikan contoh-contoh Nabi yang bisa kita jadikan suri teladan dalam kehidupan. Sebagaimana firman-Nya:
Artinya:
“Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Kaya, Maha Terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 6)
3)       Menentukan Prioritas
Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar atau karakter yang ingin diterapkan di lingkungan mereka. Tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter tidak jelas.
4)       Praksis Prioritas
Praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
5)       Refleksi
Refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusiawi. Melalui kemampuan ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi, perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter.
Secara umum, menurut Ratna Megawangi sebagaimana yang dikutip Bambang Q. Anees dan Adang Hambali, dijelaskan bahwa perlunya penerapan metode 4 M dalam pendidikan karakter, yaitu mengetahui, mencintai, menginginkan dan mengerjakan (knowing the good, loving the good, desiring the good, acting the good) kebaikan secara simultan dan berkesinambungan. Metode ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan kesadaran yang utuh. Sedangkan kesadaran utuh itu adalah sesuatu yang diketahui secara sadar, dicintai, dan diinginkan. Dari kesadaran utuh ini, barulah tindakan dapat menghasilkan karakter yang utuh pula.
Menurut Lickona sebagaimana yang dikutip Muchlas Samani dan Hariyanto, menyarankan agar pendidikan karakter berlangsung efektif maka guru dapat mengusahakan implementasi berbagai metode seperti bercerita tentang berbagai kisah, cerita atau dongeng yang sesuai, menugasi siswa membaca literatur, melaksanakan studi kasus, bermain peran, diskusi, debat tentang moral dan penerapan pembelajaran kooperatif.
a.       Metode Bercerita/Mendongeng (Telling Story)
Hal yang penting dalam metode ini guru harus membuat simpulan bersama siswa karakter apa saja yang diperankan para tokoh protagonis yang dapat ditiru oleh para siswa, dan karakter para tokoh antagonis yang harus dihindari dan tidak ditiru para siswa. Dengan demikian, guru meski mengambil hikmah dari cerita keberhasilan para tokoh perjuangan, para tokoh ternama, dan para pesohor yang berjuang mati-matian sebelum mencapai keberhasilan.
b.      Metode Diskusi
Adapun manfaat dari penyelenggaraan metode diskusi kelompok antara lain adalah:
  • Untuk membuat sesuatu masalah terkait pendidikan karakter lebih menarik,
  • Untuk membantu peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya,
  • Untuk lebih mengenal dan mendalami suatu masalah,
  • Untuk menciptakan suasana yang lebih rileks, informal, tetapi tetap terarah, dan
  • Untuk menggali pendapat dari peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu, atau jarang berbicara.
c.       Metode Simulasi (Bermain Peran/Role Playing dan Sosiodrama)
Metode ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dapat pula simulasi ditujukan untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.
d.      Metode atau Model Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, metode ini dianggap paling umum dan paling efektif bagi implementasi pendidikan karakter. Baru pada implementasi metodenya saja sejumlah nilai karakter dapat dikembangkan. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerja sama, mandiri, terbuka, tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, santun, analitis, kritis, logis, kreatif dan dinamis.